tag:blogger.com,1999:blog-44905945178360916582024-03-06T11:01:14.613+07:00Berbagi IlmuBerbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.comBlogger101125tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-76930235380397160012011-09-24T05:19:00.000+07:002011-09-24T05:19:28.007+07:00AFILIASI REZEKI<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Memang judul di atas agak kelihatan aneh. Namun, tulisan ini akan mencoba membahas sesuatu yang saling terhubung, membentuk jaringan, dan membentuk kekuatan. Menghubungkan afiliasi, networking, atau silaturahim dengan keutamaan-keutamaan. Gitu lah pokoknya. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berdasarkan KBBI, afiliasi juga diartikan sebagai pertalian, perhubungan, dan semisalnya. Lalu apa hubungan pertalian dengan rezeki? Hemm… Jadi gini ceritanya, Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda ,</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;"><span style="font-size: small;">مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i>Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim</i> (H.R. Bukhori-Muslim). Hadist-hadist yang semisal dengan hadist di atas juga cukup banyak.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kata يُبْسَطَ kan maknanya diperbanyak, dilapangkan, bisa secara fisik maupun secara non fisik (keberkahan). Oke kita tidak akan membahas penambahan tersebut fisik atau non fisik. Pastinya, jika menukil dari pendapat-pendapat ‘ulama, bisa berarti semua. Dan pastinya lagi Alloh itu Maha Mengetahui.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Cuma itu sajakah? Ternyata tidak lho. Silaturahim itu juga tanda iman, </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;"><span style="font-size: small;">وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“<i>Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.</i>” (Mutafaqun ‘alaihi). Silaturahmi adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “<i>Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.</i>” (Ar Ra’d:21).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Imam Dzahabi dalam Al Kabaair-nya mengklasifikasikan orang yang memutus silaturahim sebagai pelaku dosa besar. Rasululloh bersabda, “<i>Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim</i>.” (H.R. Bukhori, Muslim, Tirmidzi). Begitu dahsyatnya kekuatan dan keutamaan silaturahim sampai-sampai Alloh dan Rasul-Nya mengabarkan kepada kita dalil-dalil di atas.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Silaturahim akan melapangkan hati manusia (ya kita kan makhluk sosial), memberikan pencerahan dan ilmu, banyak hal-hal tak terduga yang muncul darinya. Perlu dipastikan pula silaturahim bukan ajang pamer harta, gengsi-gengsian, atau semisalnya. Segalanya akan indah ketika kita meniatkan silaturahim sebagai ibadah.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sekedar sharing saja, saya dan sepupu saya sebenarnya sering banget ketemu, terutama di acara-acara keluarga. Namun, karena umur kami terpaut jauh, ketika bertemu ya biasa-biasa aja.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tahun terakhir saya kuliah, sepupu saya ditugaskan di kota tetangga. Di situlah akhirnya kami menjalin komunikasi yang berbeda. Dan ternyata banyak hal tentang ilmu penilaian (ilmu yang saya geluti di bangku kuliah) yang saya dapat dari beliau.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Satu lagi deh. Waktu kelas XII SMA, saya ikut bimbel waralaba yang namanya sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia (yang ada Nikita Willy ama Rano Karno itu). Setelah lulus pun, saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk berkunjung ke kantor cabang, terutama saat libur semester. Dan hasilnya, alhamdulillah silaturahim membuka pintu kerjasama antara organisasi saya dengan bimbel tersebut dalam event-event tahunan. Tak tanggung-tanggung, kerjasamanya telah berjalan tiga tahun. Tak ada nego-nego alot, serba kekeluargaan, serba menguntungkan.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Well, dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi seperti sekarang ini, masak iya masih mau beralasan untuk tidak bersilaturahim. Piknik keluar negeri aja bisa, masak ngunjungin kerabat sekota nggak bisa. Ngucapin salam aja udah termasuk silaturahim yang minimal kok. Cuma salam. Iya Cuma salam. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Silaturahim adalah afiliasi rezeki. Memberikan inspirasi bagi pelakunya. Melapangkan hati dan pikiran. Menjalin kekuatan dangan koneksi.</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-88497851671365146942011-06-10T07:41:00.000+07:002011-06-10T07:41:40.048+07:00PELAJARAN DARI SEBUAH JAM<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “<i>Hai jam, sanggupkah kamu berdetak 31.104.000 kali selama setahun?</i>” “<i>Ha?! Sebanyak itukah?!</i>” kata jam terperanjat, “<i>Aku tidak akan sanggup!</i>”<br />
<br />
“<i>Ya sudah, bagaimana kalau 86.400 kali saja dalam sehari?</i>”<br />
<br />
“<i>Delapan puluh ribu empat ratus kali?! Dengan jarum yang ramping seperti ini?! Tidak, sepertinya aku tidak sanggup</i>,” jawab jam penuh keraguan.<br />
<br />
“<i>Baik, bagaimana jika 3.600 kali dalam satu jam?</i>”<br />
<br />
“<i>Dalam satu jam berdetak 3.600 kali? Tampaknya masih terlalu banyak bagiku.</i>” Jam bertambah ragu dengan kemampuannya.<br />
<br />
Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kembali berkata, “<i>Baiklah kalau begitu, sebagai penawaran terakhir, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?</i>”<br />
<br />
“<i>Jika berdetak satu kali setiap detik, aku pasti sanggup!</i>” Kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.<br />
<br />
Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, yang juga setara dengan berdetak 86.400 kali dalam sehari, yang setara pula dengan berdetak 3.600 kali dalam satu jam.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">http://www.pengusahamuslim.com/baca/artikel/1181/pelajaran-dari-sebuah-jam</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-54407402529469792412011-06-10T07:31:00.002+07:002011-06-10T08:06:59.987+07:00YOU HAVE TWO CHOICE IN YOUR LIFE<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jerry is the manager of a restaurant. He is always in a good mood. When someone would ask him how he was doing, he would always reply, "<i>If I were any better, I would be twins!</i>" </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">Many of the waiters at his restaurant quit their jobs when he changed jobs, so they could follow him around from restaurant to restaurant. Why? Because Jerry was a natural motivator. If an employee was having a bad day, Jerry was always there, telling the employee how to look on the positive side of the situation. </span><br />
<a name='more'></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seeing this style really made me curious, so one day I went up to Jerry and asked him, “<i>I don't get it! No one can be a positive person all of the time. How do you do it?</i>" Jerry replied, "<i>Each morning I wake up and say to myself, I have two choices today. I can choose to be in a good mood or I can choose to be in a bad mood. I always choose to be in a good mood. Each time something bad happens, I can choose to be victim or I can choose to learn from it. I always choose to learn from it. Every time someone comes to me complaining, I can choose to accept their complaining or I can point out the positive side of life. I always choose the positive side of life.</i>"</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">"<i>But it's not always that easy</i>,“ I protested. "<i>Yes it is</i>," Jerry said. "<i>Life is all about choices. When you cut away all the junk every situation is a choice. You choose how you react to situations. You choose how people will affect your mood. You choose to be in a good mood or bad mood. It's your choice how you live your life.</i>" </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">Several years later, I heard that Jerry accidentally did something you are never supposed to do in the restaurant business. He left the back door of his restaurant open. And then??? In the morning, he was robbed by three armed men. They want??? #123*+!@$%&*~</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">While Jerry trying to open the safe box, his hand, shaking from nervousness, slipped off the combination. The robbers panicked and shot him. Luckily, Jerry was found quickly and rushed to the hospital. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">After 18 hours of surgery and weeks of intensive care, Jerry was released from the hospital with fragments of the bullets still in his body….I saw Jerry about six months after the accident. When I asked him how he was, he replied, "<i>If I were any better, I'd be twins. Want to see my scars?</i>" I declined to see his wounds, but did ask him what had gone through his mind as the robbery took place. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">"<i>The first thing that went through my mind was that I should have locked the back door,</i>" Jerry replied. "<i>Then, after they shot me, as I lay on the floor, I remembered that I had two choices: I could choose to live or could choose to die. I chose to live</i>." "<i>Weren't you scared</i>“ I asked? </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">Jerry continued, "<i>The paramedics were great. They kept telling me I was going to be fine. But when they wheeled me into the Emergency Room and I saw the expression on the faces of the doctors and nurses, I got really scared. In their eyes, I read 'He's a dead man.' I knew I needed to take action</i>." </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">"<i>What did you do?</i>" I asked. "<i>Well, there was a big nurse shouting questions at me</i>," said Jerry. "<i>She asked if I was allergic to anything." 'Yes,' I replied. The doctors and nurses stopped working as they waited for my reply. I took a deep breath and…yelled, 'Bullets!' Over their laughter, I told them, 'I am choosing to live. Please operate on me as if I am alive, not dead</i>'. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">Jerry lived thanks to the skill of his doctors, but also because of his amazing attitude. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"><b>I learned from him that every day you have the choice to either enjoy your life or to hate it. The only thing that is truly yours -that no one can control or take from you- is your attitude, so if you can take care of that, everything else in life becomes much easier. </b></span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-79184058563081498112011-05-06T16:53:00.000+07:002011-05-06T16:53:08.005+07:00MENGUBAH POLA PIKIR<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mempelajari ekonomi, apalagi memperjuangkannya adalah sesuatu yang mungkin tidak pernah terbesit dalam benak sebagian manusia, seperti saya. Namun, terkadang takdir membuat manusia harus melewati apa yang ada demi sesuatu yang diyakininya bernilai mulia. Mempelajari ekonomi berarti mempelajari alokasi sumberdaya terbatas yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Begitulah pola pikir yang kita temui ketika berada di jenjang Sekolah Dasar, bahkan sampai di mata kuliah Pengantar Ekonomi di jenjang Perguruan Tinggi. Dari titik tersebut, pola pikir “manusia ekonomi” terbentuk. Manusia menganggap sumberdaya memang terbatas sehingga mereka harus bertarung mendapatkannya demi memenuhi kebutuhan, menganggap semua kebutuhan harus terpenuhi tanpa peduli, disertai pula dengan pola pikir ala hedonisme-nya Aristoteles. Pola pikir tersebut ternyata begitu berpengaruh dalam kehidupan manusia baik kaitannya dengan kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan bernegara.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span></div><a name='more'></a><span style="font-size: small;">Semakin mempelajari ekonomi, terkadang manusia menjadi lebih tidak manusiawi bila pola pikir yang terbentuk adalah pola pikir “manusia ekonomi” dengan orientasi kebahagiaan duniawi yang egois. Pola pikir seperti ini sangat riskan menimbulkan moral hazard karena mau tidak mau kebutuhan (maupun kemewahan) yang ada harus dipenuhi. Kita saksikan ketika moral hazard melanda suatu negeri, janji duniawi yang bersifat materiil lebih mendominasi tujuan hidup manusia. </span><br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Betapa banyak orang berkualitas dengan materi tak terlalu banyak yang harus tersingkir karena konflik kebutuhannya dengan orang yang secara materi lebih kuat. Lebih jauh lagi, orang-orang bermateri kuat ini berusaha menguasai sumberdaya-sumberdaya penting untuk kepentingan konglomerasinya. Belum lagi ketika terjadi kepanikan akibat ekspektasi pesimistis terhadap kondisi suatu negeri, mereka menarik modalnya secara besar-besaran keluar negeri. Setelah itu, negeri tersebut mengalami krisis likuiditas yang membuat ketidakstabilan finansial. Ketidakstabilan yang berlarut-larut memicu terjadinya krisis finansial yang biasanya akan diikuti krisis ekonomi. Adanya krisis ekonomi nantinya akan memperparah moral hazard yang terjadi dan semakin menjauhkan manusia dari kebahagiaan baik duniawi (maupun ukhrawi).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Kunci pokok perubahan yang harus dilakukan untuk mengurai moral hazard tersebut adalah dengan mengubah pola pikir. Perubahan pola pikir ini merupakan bentuk mekanisme motivasi dan filterisasi dari individu. Pola pikir itu sendiri nantinya akan sangat berhubungan dengan akidah manusia terhadap Tuhannya. Kepercayaan manusia terhadap kehidupan akhirat akan membantu manusia menyeimbangkan orientasi hidupnya. Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhannya -mencapai tujuan hidup- berdasarkan nilai-nilai yang sejalan dengan tujuan humanitarian dan spiritual. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Jika kita kaitkan lebih jauh dengan pola pikir yang telah disebutkan di awal tulisan ini, maka kenyataan bahwa sumberdaya terbatas yang harus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dapat disikapi dengan lebih bijak tanpa mengabaikan kebutuhan pribadi maupun tujuan humanitarian dan spiritual. Sumberdaya terbatas sebenarnya merupakan kelangkaan yang sifatnya relatif mengingat Alloh telah menjanjikan (dan janji Alloh pasti benar adanya),<i> “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya…” (Huud: 6).</i></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Keterbatasan relatif inilah yang akan membuat munculnya inovasi-inovasi sehingga keterbatasan bukanlah alasan untuk membuat manusia berkompetisi ala rimba demi memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang harus dipenuhi pun hendaknya juga perlu dipilah-pilah kembali. Apakah benar-benar merupakan suatu kebutuhan, atau hanya merupakan kemewahan yang bila tidak dipenuhi juga tidak mengancam keberlangsungan hidup manusia. Pemilahan bentuk konsumsi menjadi kebutuhan dan kemewahan merupakan nilai mulia yang mengharuskan kita memiliki sifat qana’ah. <i>“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Alloh menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya</i>.” (H.R. Muslim)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Setelah melakukan perubahan pola pikir, mekanisme lanjutan yang diperlukan adalah restrukturisasi yang bersifat sosial-politik untuk menjamin terjaganya pola pikir tersebut. Peran negara sangat diperlukan dalam masalah ini. Bentuk peran yang dapat diambil adalah dengan pemenuhan kewajiban negara (yang berarti pemenuhan hak rakyat) bahkan perlu dilakukan “intervensi”. “Intervensi” di sini adalah intervensi bermoral yang mengarah pada keadilan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam masalah keadilan, “<i>Segala sesuatu yang baik adalah komponen dari keadilan dan segala sesuatu yang buruk adalah komponen dari kezaliman dan penindasan. Karena itu, berbuat adil kepada apapun dan siapapun merupakan keharusan bagi siapa saja dan kezaliman tidak boleh ditimpakan kepada apapun dan siapapun</i>.” (Majmu' Fatawa)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lebih jauh lagi, bentuk intervensi yang adil ini sebenarnya merupakan penegakan supermasi hukum yang muaranya adalah terciptanya kebahagiaan manusia yang diridhoi Alloh Ta’ala. Rasululloh bersabda,<i> “…Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya</i>.” (H.R. Muslim). Keberpihakan negara terhadap kepentingan umum, dalam hal ini penegakan hukum, akan menjamin kewibawaan negara yang menumbuhkan kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya. Kepercayaan inilah yang akan membuat mekanisme restrukturisasi dapat berjalan baik karena kesadaran akan kepemimpinan telah tercipta, bail dari pihak rakyat maupun dari pihak pemimpin.<br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di akhir tulisan ini, saya akan menukil sebuah hadist yang panjang ketika Rasululloh memerintahkan Amru bin ‘Ash untuk ikut berperang agar Alloh memberikan ghonimah kepadanya. Rasululloh merasa senang jika Amru bin ‘Ash mendapatkan harta ghonimah tersebut. Di akhir hadist tersebut Rasululloh bersabda, “<i>… sebaik-baiknya harta yang baik adalah milik orang sholih.</i>" (H.R. Bukhori). Hadist ini memiliki makna yang begitu dalam. Jika harta dimiliki oleh orang sholih (orang yang memperhatikan serta menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama), tentu manfaat yang akan dirasakan jauh lebih besar karena orang yang sholih tahu bagaimana menginvestasikan harta yang dimilikinya. Perubahan pola pikir yang dimaksudkan di atas diupayakan agar mengarah pembentukan karakter manusia sholih yang mampu menyesuaikan tujuan hidupnya -mencari kebahagiaan- tanpa mengabaikan tujuan-tujuan humanitarian dan spiritual.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Ekonomi merupakan disiplin ilmu yang sangat berkaitan dengan sumberdaya -yang bisa diartikan dengan harta- dan kebahagiaan. Penguasaan harta dan pengeloaannya menjadi sangat penting mengingat harta adalah salah satu perkara yang dimintai pertanggungjawaban di Yaumul Hisab kelak. Perjuangan untuk memberikan pemahaman mengenai harta sangat diperlukan di zaman yang semakin banyak manusia yang tidak peduli darimana dia memperoleh hartanya. Di situ lah peran para ekonom rabbani diperlukan. Ekonom yang mengubah pola pikir dengan keseimbangan orientasi.<br />
</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-44577056178491333222011-05-02T21:34:00.001+07:002011-05-02T21:44:36.947+07:00LET'S KICK SADNESS OUT FROM OUR DICTIONARY<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Baru saja bongkar-bongkar file di kompi, eh ketemu presentasi ini. Judulnya nggak ada, jadi saya beri judul sendiri. Untuk yang pernah membuatnya, semoga Alloh memberikan pahala yang melimpah atas manfaat dari presentasi Anda yang saya posting di blog ini.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">KENAPA AKU DIUJI?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Surah Al-Ankabut ayat 2-3)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Surah Al-Baqarah ayat 216) <br />
<a name='more'></a></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">KENAPA UJIAN SEBERAT INI?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya… (Surah Al-Baqarah ayat 286)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">RASA FRUSTASI?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Surah Al-Imran ayat 139)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Surah Al-Imran ayat 200)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Surah Al-Baqarah ayat 45)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka… (Surah At-Taubah ayat 111)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">… Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal… (Surah At-Taubah ayat 129)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Surah Yusuf ayat 87)</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mari kita berbenah dan terus berbenah..untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita...Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah... Dimanapun. kapanpun dan dengan siapapun..selama ALLAH Ta’ala menjadi "..just The ONE goal..“ Insya Allah akan "bahagia" sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-83501398170137616952011-04-24T17:05:00.000+07:002011-04-24T17:05:35.761+07:00PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPAHAMI INVESTOR DAN MANAJER KEUANGAN<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sewaktu sekolah, saya diajari bahwa tujuan dibentuknya suatu perusahaan adalah mencari laba sebanyak-banyaknya alias memaksimalkan keuntungan perusahaan. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar. Tujuan utama dibentuknya entitas perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Memang benar bahwa secara mikro tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan dengan menekankan pada efisiensi pemanfaatan barang modal. Sayangnya, hal ini mengabaikan kompleksitas permasalahan dunia nyata yang harus diperhatikan manajer keuangan dalam membuat suatu keputusan. Dalam kenyataannya dua masalah penting yang tidak tercakup dalam tujuan maksimalisasi keuntungan ini adalah waktu dan ketidakpastian. <br />
<a name='more'></a>Perumusan tujuan maksimalisasi kekayaan pemilik perusahaan dilakukan dengan memodifikasi tujuan maksimalisasi keuntungan agar mampu menghadapi perubahan lingkungan operasional yang kompleks. Maksimalisasi kekayaan pemilik perusahaan dilakukan dengan memaksimalkan nilai perusahaan, yang biasanya tercermin dalam nilai saham, karena keputusan keuangan perusahaan tercermin di dalamnya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setelah memahai tujuan dari perusahaan, maka seorang investor maupun manajer keuangan harus memahami beberapa prinsip yang harus dipegang berkaitan dengan manajemen keuangan suatu perusahaan.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Prinsip Pertama: Keseimbangan Risiko dan Pengembalian</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kita menginvestasikan uang yang kita miliki untuk mendapatkan tingkat pengembalian minimum yang harus lebih besar dari tingkat inflasi yang diperkirakan atas keputusan investasi tersebut. Jika kita tidak menerima pengembalian yang cukup atas perkiraan tingkat inflasi yang mungkin terjadi, tentu kita akan menanamkan modal pada barang-barang yang mempunyai inflasi harga yang tinggi. Adalah tidak akan menarik untuk menunda konsumsi jika investasi yang kita punyai memiliki daya beli terus menurun. Yang selalu diingat adalah “menitikberatkan tingkat pengembalian yang diharapkan daripada tingkat pengembalian aktual.” Jangan menambah risiko, kecuali ada kompensasi tambahan pengembalian atas investasi.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Prinsip Kedua: Nilai Waktu Uang</span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Masih ingat harga jajanan anda waktu SD? Waktu kelas 1 SD, saya hanya diberi uang saku seratus rupiah. Sekarang bias apa Anda dengan uang saku segitu? Konsep dasar dalam keuangan adalah uang yang dikaitkan dengan waktu. Uang yang diterima pada sekarang akan jauh lebih berharga dibanding dengan uang yang akan diterima tahun depan. Konsep nilai waktu dari uang mengacu pada opportunity cost (yang diperoleh dengan mengasumsikan tingkat bunga tertentu) dalam menarik semua pendapatan dan pengeluaran pada masa depan ke masa sekarang.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Nantikan prinsip-prinsip selanjutnya... </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-20454291189813120912011-04-01T20:58:00.001+07:002011-04-01T20:58:14.910+07:00KIDUNG PICISAN<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kidung picisan,<br />
lirih terdengar.<br />
Dari sosok yang enggan.<br />
<br />
Senandungnya berkisah murahan.<br />
Namun dianggap mahal kebanyakan.<br />
<br />
Kidung picisan,<br />
dibawakan orang enggan.<br />
Yang mengharap kemenangan<br />
di jalan yang sesat<br />
dan salah tujuan.<br />
<br />
Merana meratapi nasib.<br />
Berharap perbaikan di tengah kehancuran dirinya sendiri.<br />
<br />
Aaah...lalu hilang.<br />
Di telan pekat Iblis...<br />
dan pasukan setan.</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-21793631528921245762011-04-01T20:45:00.000+07:002011-04-01T20:45:40.418+07:00SURAT CINTA SEDERHANA<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kepada</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yth. Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya, dan calon kakak buat adik-adik saya</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di tempat</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Assalamu'alaykum Warohmatulloh Wabarokatuh.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mohon maaf jika Anda tidak berkenan. Saya mohon Anda bersedia membaca surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai. Saya seorang lelaki yang bernama Fulan bin Fulan. Anda dapat mengetahui siapa saya lewat biodata yang saya lampiran di surat ini. Saya berharap Anda, Fulanah binti Fulan bersedia menjadi istri saya. Menyempurnakan separuh agama saya.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><a name='more'></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan, tetapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah. Bahkan, saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamanya atau tidak. Insya Alloh, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan Anda untuk mendampingi saya…menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu, saya menginginkan Anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kenapa saya memilih Anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih Anda. Saya sudah sholat istikharoh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih Anda. Yang saya tahu, saya memilih Anda karena Alloh. Satu hal yang pasti saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rosululloh. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini. Saya mohon Anda juga sholat istikharoh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya memberikan waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan kepada Anda. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Amin.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Wassalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh.</span></span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(dari pesan grup Pernikahan Islami dengan sedikit perubahan)</span></span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-84536480729156198462011-04-01T20:37:00.000+07:002011-04-01T20:37:05.764+07:00PENGUNGKIT<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Insan yang awam</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">mencibir ketika sisi kananku berpengungkit.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Melihatnya seolah aib.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu memvonis tanpa ilmu dengan telunjuk ketergantungan</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">yang lebih halus dari kelemahan.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Insan awam tak tahu dan tak mau tahu.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sisi kananku berpresisi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hingga hilang absolut bisa minimal tanpa cela.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hasil manfaat terdistribusi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Penuh arti bagi semua.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Asal percaya, pengungkit akan menghiasi sisi kananku.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tanpa aib karna pas presisi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /></span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-80216043542754030782011-03-29T08:52:00.003+07:002011-03-29T10:19:55.845+07:00BEDANYA ZAKAT DAN PAJAK<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebenernya pajak ama zakat itu sama enggak sih. Ada yang bilang sama. Sampe-sampe bikin buku Zakat=Pajak. Namun, perlu diingat...setahu saya para 'ulama kibar baik dari generasi salaf maupun khalaf menyatakan bahwa zakat berbeda dengan pajak. Daripada bingung, saya kutipkan sebuah posting dari www.dhuha.net. Selamat menyimak.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Question:</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Respected scholars, As-salamu `alaykum. As a Canadian Muslim I pay taxes to the government, which takes up a major portion of my income. It is my understanding that a portion of the taxes thus collected by the government goes to the poor and those who work to collect them. This being the case, can I consider myself as being absolved from the duty of paying zakah? Jazakum Allahu khayran.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><a name='more'></a></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Answer (Sheikh Ahmad Kutty):</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Wa`alaykum As-Salamu wa Rahmatullahi wa Barakatuh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">In the Name of Allah, Most Gracious, Most Merciful.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">All praise and thanks are due to Allah, and peace and blessings be upon His Messenger.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dear questioner, thank you very much for raising this good question that reflects a good understanding and truthful desire to have a clearer view of the teachings of Islam. May Allah crown this truthful desire with His satisfaction and reward.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Zakah stands as the third pillar of Islam after testifying that there is no god but Allah and Muhammad is His final Messenger, and offering Prayer. The Prophet (peace and blessings be upon him) is reported to have said, "Islam is built upon five pillars: testifying that there is no true god except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah, performing Prayer, paying the zakah, making the pilgrimage to the Sacred House (Hajj), and fasting the month of Ramadan" (Al-Bukhari).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Zakah is one of the pillars of Islam, and it is a religious obligation with given characteristics, qualification, intention, recipients, etc. Taxes have different characteristics and uses. Payment of tax can never absolve a Muslim of his or her duty to pay the zakah.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">In his response to your question, Sheikh Ahmad Kutty, a senior lecturer and Islamic scholar at the Islamic Institute of Toronto, Ontario, Canada, states the following:</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Payment of tax can never absolve a Muslim of his or her duty to pay the zakah, which is a divine mandate, while tax is a human institution.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Zakah is the third pillar of Islam; it is enjoined by Allah upon the rich to pay a fixed portion of their wealth or income as an act of worship. It is due only upon those who possess wealth or income in excess of their essential needs and the taxes due upon them. Its main purpose is to help the poor and the needy. Taxes, on the other hand, are imposed by the government of the day in most regions primarily to defray the costs of governance and the costs of services provided to residents of the jurisdiction. Zakah is intended mainly to benefit the poor and the less privileged, while the benefits of taxation are enjoyed by all residents of a given area, and not merely the poor and the needy, as is the primary purpose of zakah.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Furthermore, Zakah has been divinely fixed in form and spirit; its purpose, form, specifics, as well as its recipients have all been determined by the Lawgiver, and as such, it is not subject to alteration by any human agency. Taxation, however, is entirely different; it is improvised and legislated by governments, again, to defray the costs of governance and the services it provides, and is subject to changes.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">The hallmark of zakah is that it is an act of worship. Its validity is dependent on two essential prerequisites, both of which are integral to any prescribed act of worship in Islam: first, niyyah (intention to fulfill one's duty to Allah); second, full conformity to the dictates of the Lawgiver. These can never be the case with the payment of tax to the government.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">A Muslim, therefore, must give zakah in order to fulfill one of the foremost requirements of his or her faith, expecting the rewards solely from Allah. A Muslim is also obligated to pay taxes due upon him or her in order to contribute his or her share toward the general betterment of society and to pay for benefits and services provided by the government. A Muslim strives to be a good servant of Allah, just as he or she strives to be a good citizen of the country he or she resides in. These two aspects are never conflicting; rather they are complementary.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Excerpted, with slight modifications, from: www.islam.ca.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">by www.dhuha.net </span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-11743948236531244642011-03-18T23:48:00.001+07:002011-03-18T23:51:12.964+07:00DEAR....<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dear son , dear daughter... <br />
<br />
The day when you will find that I became very old , try to have some patience to me and try to understand me.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
If I get dirty by eating…If I have some difficulty dressing…be patient! Remember the hours that I spent to learn you any sorts of things when you were small. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
If I repeat the same thing dozens of time, does not interrupt me! Listen to me! When you were small, you kept asking me to read you the same history, evening after evening, until you fall asleep. And I made it!</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
If I do not wash myself any more so often under the shower, do not reprimand and do not tell me that it is a shame. Remember how many excuses I had to invent to make you take a bath you were small. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
By seeing my ignorance towards the new technologies, do not laugh of me but leave me rather the time to understand.<a name='more'></a>I taught you so many things indeed to eat well …to dress well… to behave well… how to confront the problems of the life… </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
If I sometimes miss memory or am not able to follow a conversation, leave me the necessary time to recollect and if I do not reach there, do not become a nervous and arrogant person because the most important for me,…it is to be with you and to be able to speak to you. <br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">If I refuse to eat, do not force myself ! I know very well when I am hungry and when I am not hungry.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
When my poor legs will not allow me any more to move as before…Help me in the same way as I held your hands to learn you make your first steps. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
And when one day, I shall say to you that I do not want to live any more … that I want to die, do not get angry … because one day, you will also understand! Try to understand that at certain age, we do not really live any more. We simply survive! <br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">One day, you will understand that in spite of all my errors, I always wanted what was best for you and that I prepared you the ground for when you’ve grown up. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
You do not have to feel sad, unfortunate or incompetent in front of my old age and of my state. </span><br />
<span style="font-size: small;">You have to stay near me, try to understand what I live, to make your best as I did at your birth. <br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Help me to walk, help me to end my life with love and patience. The only way that I need to thank you for it, it is a smile and a lot of love from you. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
I love you …my son, my daughter! <br />
<br />
Your Dad, your Mum<br />
<br />
</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-49076503254339848482011-03-15T22:19:00.001+07:002011-03-15T22:21:27.315+07:00MENGENAL PATEN (PATENT)<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas, juga menurut undang-undang tersebut): </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><li><span style="font-size: small;">Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. </span></li>
</ul><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pemberian hak paten bersifat teritorial, yaitu, mengikat hanya dalam lokasi tertentu. Jadi untuk mendapatkan perlindungan paten di beberapa negara atau wilayah, seseorang harus mengajukan aplikasi paten di masing-masing negara atau wilayah tersebut.</span><br />
<span style="font-size: small;"><a name='more'></a> Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subyek yang dapat dipatenkan, yaitu:</span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><li><span style="font-size: small;">Proses, mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis, teknik olahraga dan semacamnya.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mesin, mencakup alat dan aparatus.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Barang yang diproduksi dan digunakan, mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan sebagainya.</span></li>
</ul><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Terdapat tiga syarat agar sebuah invensi dapat dipatenkan, yaitu: baru, mengandung langkah inventif, serta bisa diaplikasikan dan berguna untuk industri. Tidak seperti paten standar dimana ketiga kriteria tersebut harus dipenuhi, paten sederhana hanya mensyaratkan bahwa invensi tersebut adalah invensi baru dan memiliki kegunaan praktis. Oleh karena itu , paten sederhana lebih mudah diperoleh. <br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebuah invensi tidak dapat dipatenkan meski telah memenuhi syarat-syarat di atas. Hal ini terjadi apabila sebuah invensi berhubungan dengan:</span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><li><span style="font-size: small;">suatu proses atau produk yang bertentangan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau etika;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">suatu metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, atau pembedahan yang diterapkan pada manusia dan/atau hewan</span></li>
<li><span style="font-size: small;">setiap teori dan metode dalam bidang ilmu pengetahuan dan matematika</span></li>
<li><span style="font-size: small;">makhluk hidup (selain mikro organisme), atau </span></li>
<li><span style="font-size: small;">setiap proses biologis yang penting dalam memproduksi tanaman dan hewan</span></li>
</ul><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Jangka waktu perlindungan untuk paten standar adalah 20 tahun, sementara paten sederhana adalah 10 tahun. Untuk membuat paten terus berlaku sesuai dengan masa berlakunya, diharuskan membayar iuran tahunan. Paten tidak dapat diperpanjang. Untuk memastikan teknologi yang diteliti belum dipatenkan oleh pihak lain dan layak dipatenkan, dapat dilakukan penelusuran dokumen paten. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Ada beberapa kasus khusus penemuan yang tidak diperkenankan mendapat perlindungan paten, yaitu proses/produk yang pelaksanaannya bertentangan dengan undang-undang, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan; metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; serta teori dan metode di bidang matematika dan ilmu pengetahuan, yakni semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, dan proses biologis penting untuk produksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.<br />
</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-19553817718963013232011-03-15T20:57:00.000+07:002011-03-15T20:57:09.413+07:00MENGENAL INTANGIBLE ASSETS<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">PENDAHULUAN</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebuah perusahaan memiliki dua jenis aset, yaitu yang dapat kita lihat, raba, dan rasakan secara fisik, yang disebut aset berwujud, dan aset selain itu, yang disebut aset tak berwujud. Tulisan ini akan membahas mengenai penilaian terhadap aset tak berwujud. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aset tak berwujud didefinisikan ke dalam beberapa definisi di antaranya:<br />
• A legal claim to some future benefit, typically a claim to future cash. Simply put, an intangible asset is an asset that is not physical in nature. (The New York Times Dictionary of Money and Investing)<br />
• Aktiva modal yang tidak mempunyai wujud fisik dan nilainya tergantung pada hak dan keuntungan dari kepemilikan. (Rivai dan Sagala, 2009)<br />
• Aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau tujuan administratif. (Standar Akuntansi Keuangan)<br />
• Properti yang mempunyai nilai ekonomis, tidak memiliki bentuk fisik, memberikan hak istimewa, dan biasanya menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya. Aktiva tak berwujud dapat dikategorikan berdasarkan hak, hubungannya, atau hak atas kekayaan intelektual. (Standar Penilaian Indonesia)</span><br />
<span style="font-size: small;"> <br />
<a name='more'></a>Aset tak berwujud umumnya memiliki dua karakteristik utama, yaitu:<br />
• Ketiadaan eksistensi fisik<br />
• Tingkat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan manfaat masa depannya.<br />
Namun, penekanan terhadap karakteristik kedua (tingkat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan manfaat masa depannya) umumnya lebih dikedepankan oleh para akuntan sebagai karakteristik utama aset tak berwujud. Hal ini terlihat dari adanya beberapa aset seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham yang tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud sebab aset-aset tersebut merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.<br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Aset tak berwujud biasanya diakui dan dilindungi keberadaannya oleh hukum yang dinyatakan melalui dokumen-dokumen tertentu. Selain itu, aset tak berwujud juga harus dapat dialihkan kepemilikannya (terdapat pengorbanan untuk mendapatkannya) serta memiliki manfaat ekonomi di masa depan. Dua karakteristik terakhir merupakan syarat utama untuk dikatakan sebagai aset.<br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">KLASIFIKASI</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN5WM44vuXx87PXHapQNyRVJPH83vzqJH87GciMJELBcx7C0Xz86pvgp8g-0RDUQvt2MHxJ4hF6ADWAYEQ0LtBQSlCAbpS3e0S0Hq4qLgiqK3-9htydZ406MCfyT3N-R_DADEWgHJ6s5Vo/s1600/PEMBAGIAN+ASET+PERUSAHAAN.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN5WM44vuXx87PXHapQNyRVJPH83vzqJH87GciMJELBcx7C0Xz86pvgp8g-0RDUQvt2MHxJ4hF6ADWAYEQ0LtBQSlCAbpS3e0S0Hq4qLgiqK3-9htydZ406MCfyT3N-R_DADEWgHJ6s5Vo/s320/PEMBAGIAN+ASET+PERUSAHAAN.png" width="228" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Gambar 1. Aset dalam Perusahaan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aset suatu perusahaan terdiri dari aset berwujud dan aset tak berwujud. Aset tak berwujud sendiri terbagi menjadi aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi -seperti intellectual property (patents, copyrights, trademarks, trade secrets), brandnames, publishing rights, dan licenses & agreement- dan aset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi –seperti goodwill dan human capital. Competitive advantage, market share, added value, efficiency, repeat business, dan customer loyalty bukan merupakan aset tak berwujud. <br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bagian irisan pada Gambar 1 menunjukkan aset berwujud yang memiliki hubungan dengan aset tak berwujud, misalnya paten yang berhubungan dengan peralatan, mesin, dan sebagainya. Sementara bagian grey area menunjukkan proto aset.<br />
Aset tak berwujud sendiri dapat berasal dari:<br />
• Hak-hak (Rights) yang muncul berdasarkan persyaratan dalam kontrak, tertulis maupun tidak tertulis, dan memberikan manfaat ekonomis kepada para pihak. Misalnya kontrak pengadaan, kontrak distribusi, kontrak penyediaan, dan izin lisensi.<br />
• Hubungan (Relationships) antara para pihak biasanya tidak berdasarkan kontrak, dapat bersifat jangka pendek, dan dapat memiliki nilai yang tinggi bagi para pihak. Misalnya gugus tenaga kerja, customer relationship, supplier relationship, distributor relationship, dan hubungan terstruktur antara para pihak.<br />
• Kelompok aset tak berwujud (grouped intangibles) adalah nilai aset tak berwujud yang tersisa setelah semua aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi selesai dinilai dan dikurangkan dari total nilai aset tak berwujud, misalnya goodwill<br />
• Kekayaan Intelektual adalah klasifikasi khusus dari aset tak berwujud karena biasanya dilindungi oleh hukum dari penggunaan tanpa ijin oleh pihak lain. Misalnya adalah patents, copyrights, trademarks, trade secrets, dan brandnames.<br />
</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-40198570888513938612011-03-14T06:27:00.001+07:002011-03-14T06:28:30.061+07:00I'M SORRY TO SAY GOOD BYE<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hampir semua orang membutuhkan jasa perbankan di zaman modern seperti sekarang ini. Kita memerlukan jasa transfer dari bank untuk menerima uang saku bulanan. Kita menyimpan kelebihan uang kita dengan menabung di bank. Kita membutuhkan dana kredit dari bank. Dan memang banklah institusi yang dipercaya masyarakat untuk menghimpun dana dari masyarakat, lalu menyalurkannya pula.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Permasalahan timbul ketika bank menerapkan sistem bunga (riba) yang jelas termasuk dosa besar bagi umat muslim. Alloh berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu…” (Al Baqarah 278-279). </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Bahkan riba juga termasuk dalam tujuh dosa besar yang dijelaskan oleh Rasululloh Shalalllohu ‘alaihi wasallam. (Lihat hadist riwayat Bukhori (2766, 5764) dan Muslim (89) dari Abu Hurairah). Beliau juga bersabda, “Apabila telah tampak perzinaan dan riba di suatu negeri, maka mereka berarti telah menghalalkan azab untuk diri mereka.” (HR Ath Thabrani dan Al Hakim).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><a name='more'></a> Dalil-dalil di atas menunjukkan segala praktek pembungaan adalah haram, baik yang dilakukan oleh individu, bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya. (Lihat Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Terkadang orang berkata, “Ah saya kan nggak ngambil bunganya.” Benar Anda tidak mengambil bunganya, tetapi ketika kita terlibat di dalamnya berarti kita telah tolong-menolong dalam perbuatan dosa. Lalu apakah berarti kita sama sekali tidak boleh bermuamalah dengan bank sistem ribawi (konvensional)? Sebenarnya tidak semua produk bank konvensional, seperti jasa transfer dan jasa penitipan di safe deposit, adalah haram. Namun, seiring dengan keberadaan bank syariah yang juga memiliki fasilitas seperti bank konvensional, sudah semestinya kita beralih ke bank syariah. Apalagi sekarang bank maupun lembaga keuangan syariah lainnya semakin banyak tersebar dan mudah dijangkau. Hal ini membuat alasan darurat tidak berlaku lagi.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Masalah kemudian muncul ketika segelintir orang berkata, “Bank syariah sama saja dengan bank konvensional, Cuma ganti label.” Kita katakan, bank syariah beroperasi di atas prinsip syariah yang tentu saja sangat berbeda dengan prinsip bunga ala bank konvensional. Memang benar sebagian besar karyawannya berasal dari bank konvensional. Namun, hal ini sebenarnya tidak masalah. Yang terpenting adalah pengelolaannya, bukan perorangan pengelolanya. Kemudian ada pula yang berkata, “Uangnya bercampur dengan bank konvensional.” Secara fisik memang uangnya bercampur. Namun, fisik uang tidak mempengaruhi halal-haramnya uang itu. Yang mempengaruhi adalah cara mendapatkan uang itu. Secara akuntansi pun sistem yang digunakan juga berbeda. Bank konvensional menggunakan PSAK 31, sementara bank syariah menggunakan PSAK 101-106. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Lalu, alasan apalagi yang membuat kita tetap kukuh di bank konvensional? Semua aturan telah jelas. Tinggal mana yang kita pilih, yang haram atau yang halal.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Referensi <br />
Al-Jambi, Abu Muhammad Dwiono Koesen. 2009. Selamat Tinggal Bank Konvensional (Haramnya Bank Konvensional dan Halalnya Bank Syariah). Jakarta: Tifa Publising House<br />
Hosen, Nadratuzzaman dkk.2008. Materi Dakwah Ekonomi Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.<br />
Adz Dzahabi. Dosa-Dosa Besar (terj. Al Kabaair). 2007. Solo: Pustaka Arofah.<br />
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indoneia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (Interest/Fa’idah)<br />
</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-84511810028490104192011-03-14T05:35:00.001+07:002011-03-14T05:35:15.320+07:00HEY!<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hey, hatiku!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Apa yang terjadi denganmu?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mengapa kau terasa sulit menerima kebenaran?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menafikan sesuatu yang dulu kubilang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hey, otakku!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dia, dia, dia,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">selalu ada padamu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seolah sinyal listrik yang merangsangku tuk berpikir hanya dia.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mataku,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">apa ini?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mengapa citranya begitu jelas seperti di pelupuk mataku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bahkan selainnya tampak kabur seperti efek blur.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lisanku,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">selembut itukah tuturmu?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Padahal lembutmu tak begitu jika bukan dengan dia.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagaimana kalian ini?</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-73158261597297079222011-03-14T05:33:00.000+07:002011-03-14T05:33:02.698+07:00CERITA HUJAN<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pesona malam tertutup layar kelam sang awan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Membuat hati khawatir sebab hampir pasti hujan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Angin yang biasa sepoi, berubah dingin.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hasil evapotranspirasi pun turun.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Entah sejak kapan menjadi selebat ini.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hati ini berharap hujan ini adalah berkah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hanya kadang takut jikalau berubah menjadi bencana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yang ingatkan manusia tentang mati.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kala menjemput sesuka takdir-Nya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sementara amal kebanyakan buruk rupa.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu terdengar seruan,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Alangkah baiknya jika aku dulu menjadi tanah saja!"</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-51880711052709662782011-01-01T22:05:00.001+07:002011-01-01T22:05:06.991+07:00MENANTI PAGI<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kelam malam perlahan selimuti terang lazuardi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beriringan kala bagaskara turun ke horizon.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hatiku bak koefisian yang tetap dalam tiap kondisi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tetap benderang meski malam hari.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Senangnya hati ini,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bila lelap menghampiri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Memang bukan insomia,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mungkin karna pembuluh darah yang melebar.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berharap tak terasa,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">waktu yang bergulir lama.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malam hingga pagi tiba.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak kusangka bintang-bintang mengerling nakal</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ketika aku tersenyum sendiri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bulan yang masih baru pun tersenyum melihat tingkahku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasanya tak sabar ingin segera bertemu denganmu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menanti pagi tuk itu.</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-83405013758492892902011-01-01T22:04:00.001+07:002011-01-01T22:04:13.972+07:00CITRA SALAH KAPRAH<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara kesempurnaan citra</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tersingkap bait-bait piksel tempelan yang tak mecing.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Membosankan karna orientasi yang sebenarnya salah kaprah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mematikan keluarbiasaan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dan menghidupkan kebiasaan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Entah mengapa,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">manusia menganggapnya baik dengan sudut pandang sebesar lubang sedotan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bumi terhampar luas.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rizki tak kan habis sebelum sempurna.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan aku masih punya Penyayang yang di tangan-Nya hatiku berada.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menyesal berada di sini tak membuat citra yang salah terkoreksi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebab koreksi adalah aksi,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bukan ratapan sesal masa lalu.</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-43776440147007859092011-01-01T22:03:00.001+07:002011-01-01T22:03:14.987+07:00TUAN MAULA<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Tuan izinkan aku berkhianat."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pinta Maula.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Mungkinkah engkau berpaling dariku sementara aku Tuanmu?"</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">jawab Tuan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maula berkata,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Tuan, kita berada di kondisi salah yang terhubung satu dan lain.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manusia menyebut sistem.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tuan, sistem adalah input, proses, dan output.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan mereka semua salah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku adalah engkau yang dulu. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mujadid.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pengkonversi ulung benar.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan sekarang aku berhasil memanen tanamku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Membuat manusia berpikir mauku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sungguh, engkau Tuan lemah dan aku BUDAK kuat."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karakter Tuan kalah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bisa jadi selamanya meratapi Tuan Maula.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tuan Budak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang lupa karakternya di naskah skenario.</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-76311711090072642892011-01-01T22:02:00.001+07:002011-01-01T22:02:18.858+07:00TIGA BERKAS SINAR<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gelap tak kunjung pergi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masih selimuti.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rapat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menenangkan dan merasa nyaman bersama.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa berkas sinar tampak.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menarik perhatian yang dikelilingi gelap mulanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tiga.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berkas sinar itu tiga.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menjanjikan kondisi,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">peluang menerangi gelap yang membuat nyaman selama ini.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Surya di ketidakberesan sistem iklim</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menguatkan berkas-berkas itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pun asa yang hampir tak muncul di konservatifnya hatiku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menguatkanku menuju salah satu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ragu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ragu meninggalkan kenyamanan ini.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun cerah lebih nyaman.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku berharap meraihnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meski waktu tak cakap hantarkan cerah satu sinar</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sekarang ini.</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-23398101721949679332011-01-01T22:01:00.001+07:002011-01-01T22:01:23.357+07:00SILUET<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kontrasmu bisu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gelap</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lawan cahaya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tegak menantang terang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meski ujung kalah dari pangkal.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gelap membentuk indah potret diri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menantang juara bernama surya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meski menang tak kunjung tiba.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gelap menetap.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terang pun mengkuat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asal malam belum tiba.</span>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-25689901730249339942011-01-01T22:00:00.001+07:002011-01-01T22:00:48.879+07:00ALPA TERHADAP KEPASTIAN<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keinginan menggebu seperti tanpa gesekan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bergerak liar di akal</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bahkan, di hati.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara desahan maut senantiasa menemani.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Eksis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mutlak ada</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">agar janji kehidupan setelahnya adalah benar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku hanya tak paham,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengapa tak juga sadar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tentang kepastian.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tentang hidup yang indah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang malah kujalani tanpa titah.</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-24490243623946247722011-01-01T21:59:00.000+07:002011-01-01T21:59:16.791+07:00REDUP<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cekam kelam lemahkan cahya keistiqomahan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meredup</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seperti landskap yang kita lihat senja tadi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lisanku kelu</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berucap pisah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meski kutahu,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kelam tlah membuat yang putih kelabu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">***</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Surya tlah kalah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tinggalkan jejak di ufuk lazuardi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu sebuah bulan dan jutaan bintang muncul.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Membantu nyala cahya dalam cekam sang kelam.</span></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-32619634887343418932010-12-19T21:53:00.001+07:002010-12-19T21:55:24.726+07:00MEMBANGUN PONDASI EKONOMI YANG SYAR’I<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>ABSTRAK</b></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejarah telah membuktikan bahwa bunga (riba’) sangat berbahaya bagi sistem keuangan dunia. Lebih dari itu, sistem keuangan konvensional yang identik dengan sistem ribawi telah menciptakan krisis yang multidimensi. Berangkat dari hal inilah lembaga-lembaga ekonomi berbasis syari’ah mulai bermunculan. Hanya saja terkadang “kesyari’ahan” lembaga-lembaga ini terbatasi oleh aturan-aturan yang telah berlaku di sebuah negara sehingga nama syari’ah masih belum benar-benar syar’i.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbagai upaya telah dilakukan untuk menerapkan ekonomi syar’i secara utuh. Namun, banyak pula yang lupa membangun dasar-dasarnya. Di antara dasar-dasar tersebut adalah pemahaman aqidah dan dasar muamalah yang diharamkan oleh Alloh dan Rosul-Nya. Penekanan ini merujuk pada kaidah : Dasar hukum ibadah adalah haram, kecuali apa yang telah diperintahkan Alloh dan Rosul-Nya. Sementara dasar hukum muamalah, berbagai perniagaan dan mata pencaharian adalah halal dan diperbolehkan, kecuali apa yang telah diharamkan Alloh dan Rosul-Nya. Strategi lain untuk membangun pondasi ekonomi syari’ah adalah melibatkan institusi yang memiliki kemampuan untuk menjadi media sosialisasi –dalam hal ini institusi pendidikan dan institusi keuangan-. Keterlibatan dunia pendidikan tentu akan mendukung penerapan ekonomi yang syar’i melalui kajian-kajian akademik yang stategis dan penelitian-penelitaian ilmiah. Sementara itu, institusi keuangan dapat menggunakan hasil kajian maupun penelitian tersebut sebagai dasar pertimbangan pembuatan produk-produk keuangan, bahkan lebih jauh lagi menjadi dasar usulan penerbitan produk-produk hukum keuangan yang diterbitkan oleh legislatif maupun eksekutif.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></o:p></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>PENDAHULUAN</b></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Krisis ekonomi yang menjadi tren setiap dekade membuat manusia berpikir untuk menemukan solusi atas krisis tersebut. Roy Davies dan Glyn Davies dalam buku “A History of Money from <br />
Ancient Time to the Present Day” (1996), menulis dan menyimpulkan, “Sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 kali krisis. Kesemuanya merupakan krisis sektor keuangan”. Kebanyakan pakar ekonomi pun mulai mempertanyakan keampuhan sistem ekonomi kapitalis. Bahkan, banyak pula kalangan yang mulai berpikir untuk mendefinisikan ulang arti ekonomi dari definisi yang muncul dari pemikiran Adam Smith. Perubahan “perang” dari perang fisik ke perang ekonomi, pengekangan kebebasan personal maupun kolektif demi produktivitas dan efisiensi, serta ketidakmampuan indikator-indikator ekonomi merefleksikan keadaan sebenarnya diyakini menjadi alasan utama mengapa redefinisi ekonomi perlu dilakukan.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berangkat dari hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas, para ahli mulai berpikir untuk mengganti sistem ekonomi yang telah ada dengan sistem baru yang lebih tahan krisis dan lebih menjamin kesejahteraan masyarakat. Studi-studi untuk menggantikan sistem yang telah ada sejak teori Adam Smith (teori klasik) terbukti tidak mampu mengatasi masalah ekonomi yang ada saat itu. Diawali dari Keynes dengan kebijakan fiskal-nya, teori-teori moneter dari kalangan Neo Klasik, sampai studi tentang ekonomi yang rujuk kepada syari’at agama. Selanjutnya, penulis akan memfokuskan pembahasan pada studi ekonomi yang merujuk pada syari’at agama –dalam hal ini, agama Islam-.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Geliat untuk menggunakan sistem ekonomi berbasis syari’at Islam pun mulai terasa. Tidak hanya di negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, di negara-negara non-Muslim, seperti Inggris dan Jerman, pun geliat itu terasa. Institusi-institusi keuangan berlabel syaria’h bermunculan. Bahkan institusi keuangan konvensional juga mulai mendirikan cabang syari’ahnya baik berupa cabang usaha tersendiri maupun berupa produk-produk alternatif. Peminat produk-produk syari’ah dari institusi-institusi keuangan pun makin bertambah. Ada di antara mereka yang menggunakan produk-produk keuangan syari’ah karena prospeknya yang cerah secara finansial. Ada pula yang menggunakannya karena alasan mentaati aturan agama. Terlepas dari alasan-alasan tersebut, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah produk-produk tersebut sudah benar-benar sesuai syariah atau masih berupa nama saja. Aturan-aturan pemerintah yang mengatur regulasi produk-produk tersebut juga masih dipertanyakan, terutama yang berkaitan dengan institusi perbankan berbasis syari’ah.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>PEMAHAMAN AQIDAH YANG BENAR</b></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika kita berbicara masalah ekonomi yang sesuai syari’at, maka kita harus membahas hukum-hukum. Sementara sikap taslim pada hukum-hukum tersebut hanya mungkin wujud melalui pemahaman aqidah yang benar. Lebih dari itu, hakikat diutusnya para rasul juga untuk memperbaiki aqidah. Aqidah seorang muslim adalah tauhid. </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tauhid berasal dari kata <i>wahhada yuwahhidu</i> (<span dir="RTL" lang="AR-EG">وحد يوحد</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) yang artinya menjadikan sesuatu itu satu saja. Pengertian tauhid yang umum adalah mengesakan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya. Para rasul yang diutus mulai dari rasul yang pertama, yaitu Nabi Nuh ‘alaihi wasalam, sampai rasul terakhir diutus oleh Alloh Azza wa Jalla kepada pengesaan Alloh dalam peribadatan.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah…”</i> (Huud : 25-26).</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ayat-ayat surat Huud selanjutnya berisi kisah-kisah para rasul yang pada awal kisah rasul tersebut diawali dengan,</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>…ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.”<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para rasul diutus untuk menyeru kepada tauhid ibadah (‘uluhiyah) karena telah maklum bahwa manusia yang mengingkari tauhid rububiyah sangat sedikit. Bahkan mereka yang mengingkari eksistensi Alloh, pada hakikatnya tidak bisa mengingkari.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Katakanlah: "Siapakah yang memberi rejeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"</i> (Yunus : 31).</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alloh telah memberikan kita rejeki, menciptakan kita, mengatur segalanya, bahkan kekuasaan tertinggi jagad ini mutlak berada di tangan-Nya. Wajar jika Alloh menyuruh kita untuk mempersembahkan ibadah untuk-Nya. Namun, permasalahan mulai muncul ketika manusia diperintahkan untuk beribadah hanya untuk-Nya.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad : 5)</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika pemahaman bahwa tujuan hidup adalah beribadah hanya kepada Alloh saja belum tercapai, maka sikap taslim untuk menerima hukum-hukum Alloh pun sulit dicapai sebab taslim merupakan kesadaran. Aturan-aturan hidup yang telah Alloh ciptakan pun menjadi mudah dilanggar.</span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>PEMAHAMAN DASAR EKONOMI ISLAM</b></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pembahasan mengenai ekonomi Islam mengharuskan pengkajian yang mendalam terkait dua domain. Pertama domain berkaitan dengan Islam, kedua domain ekonomi. Dari titik inilah, pengertian ekonomi Islam dapat dipahami. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpLast" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para ahli berusaha memberikan definisi tentang ilmu ekonomi Islam dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Umar Chapra mendefinisikan ilmu ekonomi Islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang bersifat langka, yang sesuai ajaran Islam tanpa menafikan kebebasan individual atau menciptakan ketidakseimbangan ekologis dan kondisi makro. Mannan mendefinisikan ekonomi Islam sebagai sebuah ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi bagi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi Islam berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang serta jas dalam kerangka masyarakat ekonomi Islam dimana jalan hidup Islam ditegakkan sepenuhnya. Menurut Mannan, yang membedakan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional adalah sifat motivasional yang mempengaruhi pola struktur, arah, dan komposisi produksi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga, menurut Mannan, tugas ekonomi Islam adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi asal-usul permintaan dan penawaran sehngga dimungkinkan untuk mengubah keduanya ke arah distribusi yang lebih adil. A.M. Hasan Ali dan M. Nadratuzzaman Hosen dalam <i>Tanya Jawab Ekonomi Syari’ah</i> menyebutkan enam prinsip ekonomi syari’ah, yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbagai sumberdaya dipandang sebagai pemberian atau titipan Alloh kepada manusia.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span dir="LTR"></span>Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai segelintir orang saja.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span dir="LTR"></span>Seorang muslim harus takut kepada Alloh dan hari akhir.</span></li>
</ul><br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kunci dari pembahasan ekonomi Islam adalah memahami permasalahan muamalah maliyah. Kata “muamalah” dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">العمل</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) yang merupakan kata umum untuk semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Kata “muamalah” dengan wazan (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">مُفَاعَلَة</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) dari kata (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">عامل</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) yang bermakna bergaul (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">التَّعَامُل</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). Adapun dalam terminologi ahli fikih dan ulama syariat, kata “muamalah” digunakan untuk sesuatu di luar ibadah, sehingga “muamalah” membahas hak-hak makhluk dan “ibadah” membahas hak-hak Allah. Setelah jelas bahwa pembahasan kita hanya membahas muamalah maliyah (harta), maka perlu kita perlu mengetahui pengertian al-maal dalam syariat Islam. Yang dimaksud dengan harta (al-maal) dalam pengertian syariat adalah:<o:p></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span dir="RTL" lang="AR-SA">هُوَ كُلُّ عَيْنٍ مُبَاحَةُ النَّفْعِ بِلاَ حَاجَة</span><b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Semua benda yang diperbolehkan kemanfaatannya bukan karena hajat.”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Termasuk dalam definisi ini: emas, perak, gandum, kurma, garam, mobil, bejana, rumah, dan lain-lainnya. Yang dimaksud dengan kata (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">مباحة النفع</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) adalah benda tersebut memiliki manfaat, sehingga benda yang tidak memiliki manfaat tidak termasuk dalam definisi ini, begitu pula benda yang haram. Adapun maksud pernyataan (<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">بلا حاجة</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>) adalah kebolehannya bukan disebabkan kebutuhan dan darurat, sehingga mengeluarkan semua yang dibolehkan karena kebutuhan dan darurat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebelum lebih jauh memahami permasalahan muamalah maliyah, terdapat kaidah yang sangat penting, yang memberikan batasan-batasan muamalah yang diperbolehkan dan muamalah yang diharamkan. Kaidah tersebut adalah <o:p></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #111111;">الأَصْلُ فِي الْمُعَامَلاَتِ الْحِلُّ</span></span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>“Hukum asal dalam muamalah adalah halal dan diperbolehkan”</i>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Kaidah ini merupakan dasar hukum yang besar dan menjadi sandaran dalam muamalah dan tradisi. Jadi, siapapun yang mengharamkan sesuatu dari hal itu, maka wajib baginya untuk mendatangkan dalil yang mengharamkan muamalah maupun tradisi tersebut. Hal tersebut menunjukkan keluwesan syari’at dan keluasan relevansinya untuk setiap waktu dan tempat sesuai dengan tuntutan dan kemaslahatan umat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena setiap muamalah pada dasarnya dihukumi halal, maka syarat-syarat yang berkaitan juga hukum asalnya halal sehingga muncul kaidah,</span></div><div align="right" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #111111;">الأَصْلُ فِي الشُّرُوْطِ فِي الْمُعَامَلاَتِ الْحِلُّ </span></span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hukum asal dalam syarat-syarat (yang ditetapkan) dalam muamalah adalah halal”</span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpLast"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semua syarat yang diajukan salah satu transaktor, baik syarat tersebut merupakan tuntutan transaksi (akad), syarat untuk kemaslahatan akad (transaksi), atau syarat sifat atau syarat manfaat pada asalnya adalah boleh. Namun, Syarat-syarat ini tidak lepas dari tiga keadaan, yaitu:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo3; text-indent: -.25in;"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span dir="LTR"></span>Syarat-syarat yang ditetapkan syariat kebolehannya. Ini diperbolehkan.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span dir="LTR"></span>Syarat-syarat yang ditetapkan syariat larangannya. Ini jelas dilarang.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syarat-syarat yang didiamkan oleh syariat. Ini kembali ke hokum asalnya.</span></li>
</ul><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaidah selanjutnya adalah</span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #111111;">الأَصْلُ هُوَ الْعَدْلُ فِيْ كُلِّ الْمُعَامَلاَتِ وَ مَنْعُ الظُّلْمِ وَمُرَاعَاةُ مَصْلَحَةِ الطَّرَفَيْنِ وَرَفْعُ الضَّرَرِ عَنْهُمَا</span></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #111111;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #111111;"><b>“</b>Hukum asal setiap muamalah adalah adil dan larangan berbuat zalim serta memperhatikan kemaslahatan kedua belah pihak dan menghilangkan kemudharatan dari kedua belah pihak.”</span></i><strong><i><span style="color: #111111; font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></i></strong></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaidah ini berlaku pada muamalah dan selainnya, bahkan juga dalam masalah i’tikad. Pada asalnya, dalam seluruh akad transaksi harus adil, dan demikianlah yang diajarkan syariat Islam. Sudah maklum adanya bahwa semua syariat Allah turun dengan mewajibkan keadilan dan mengharamkan kezaliman dalam segala sesuatu dan kepada segala sesuatu.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpLast" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaidah-kaidah di atas merupakan kaidah tengah-tengah yang berpijak pada keadilan dan kemaslahatan dari berbagai sisi. Berdasarkan kaidah ini pula, muamalah tidak dapat dikeluarkan dari hukum mubah kecuali jika ada hal yang memperingatkan (mengharamkan)nya. Sebagai contoh adanya riba’, penipuan, kedustaan, penipuan, dan ketidaktahuan, menggiring pada kedholiman dan keadilan yang timpang. Menurut Syaikh Abdulloh bin Abdurrohman Ali Bassam dalam <i>Taisirul Allam Syarh Umdatul Ahkam</i>, para ‘ulama menyimpulkan bahwa muamalah-muamalah yang diharamkan kembali kepada beberapa batasan, yang paling besar adalah tiga perkara berikut ini :</span></div><div class="MsoNormalCxSpLast" style="text-align: justify;"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span dir="LTR"></span>riba’,</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"></span><span dir="LTR"></span>ketidaktahuan dan penipuan, serta</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"></span><span dir="LTR"></span>ketidakjelasan.</span></li>
</ul><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara masyarakat kita sering menyebut muamalah yang dilarang dengan sebutan <i>MAGHRIB </i>(Maysir/Perjudian, Gharar/Penipuan, dan Riba’/Bunga).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemahaman terhadap tiga kaidah di atas akan sangat membantu memahami berbagai hal dalam muamalah maliyah yang selanjutnya akan memudahkan kita memahami permasalahan-permasalahan ekonomi syari’ah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>MELIBATKAN INSTITUSI YANG MEMILIKI KEMAMPUAN MENJADI MEDIA SOSIALISAS</b>I</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah memahami dua dasar di atas (tauhid dan dasar ekonomi syari’ah), perlu dilakukan sosialisasi agar pemahaman tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dua institusi utama yang menurut hemat penulis memegang peran yang penting adalah institusi pendidikan dan institusi keuangan itu sendiri.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terasa sangat sulit ketika institusi formal tidak kita libatkan dalam usaha membebaskan masyarakat kita dari praktek-praktek muamalah yang haram. Adanya institusi formal akan membuat usaha ini memungkinkan untuk memiliki kekuatan hukum. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Institusi pendidikan dapat dilibatkan melalui kegiatan-kegiatan ilmiah dalam penerapan ekonomi syariah. Studi keilmiahan mencakup berbagai aspek mulai dari pengambilan dalil, penerapannya dalam kehidupan, sampai perhitungan laba-rugi yang nantinya akan mengubah paradigma masyarakat bahwa ekonomi yang syar’i bukanlah ekonomi dengan pasar emosional sementara ekonomi konvensional adalah ekonomi dengan pasar rasional.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pelajaran mengenai ekonomi syari’ah pun harus mulai dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dari SMP sampai SMA. Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa pelajaran ekonomi yang kita peroleh selalu berpijak pada landasan ekonomi konvensional. Baru akhir-akhir ini teori-teori mengenai perbandingan ekonomi konvensional dan ekonomi syari’ah mulai dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran ekonomi. Itu pun kebanyakan baru di tingkat perguruan tinggi dimana pemahaman kita telah teracuni pemahaman ekonomi konvensional.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hasil kegiatan-kegiatan ilmiah dari institusi pendidikan pun akan dipublikasikan dan dapat dimanfaatkan oleh institusi keuangan untuk diaplikasikan dalam kegiatan usaha mereka setelah mereka juga melakukan uji kelayakan. Pertumbuhan institusi-institusi keuangan syariah yang pesat juga bisa dijadikan indikator bahwa peluang bisnis syari’ah lebih menguntungkan. Setidaknya berdasarkan kaidah di atas tadi, tidak ada pihak yang merasa dirugikan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berikut ini adalah salah satu keberhasilan penerapan ekonomi syari’ah yang diterapkan Islamic Development Bank (IDB). Sejak awal didirikan pada tahun 1973, IDB didirikan untuk mendorong pembangunan ekonomi dan sosial negara anggota mupun komunitas Muslim di negara-negara non anggota sesuai prinsip syariah. Berdasarkan rating yang dilakukan tiga lembaga pemeringkat internasional terkemuka yaitu Standard & Poor’s, Fitch, dan Mood’s, IDB merupakan lembaga keuangan dengan rating tertinggi (Triple A). Selain iu, IDB juga diakui sebagai bank yang memenuhi syarat untuk <i>Zero Risk-Weight</i> oleh Komite Basel pada Pengawasan Perbankan tahun 2004 dan Uni Eropa 2007.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hasil kegiatan-kegiatan ilmiah yang dilakukan institusi pendidikan maupun hasil pencapaian institusi keuangan tentunya akan mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk mulai melirik penerapan ekonomi syari’ah. Meski tidak mungkin terjadi revolusi besar-besaran, hal ini merupakan usaha yang patut diapresiasi dan didukung agar penerapannya sesuai syari’ah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>PENUTUP</b><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penerapan ekonomi syari’ah wajib dilakukan mengingat hal tersebut bersinggungan erat dengan kehidupan manusia. Pembahasan mengenai masalah ekonomi tidak terlepas dari masalah penggunaan harta. Padahal, halal dan haramnya harta sangat menentukan posisi kita di akherat kelak. Tak hanya itu, harta yang haram juga merupakan penghalang kebaikan sebagaimana dalam hadist yang sangat panjang dijelaskan bahwa ada seseorang yang sedang bepergian jauh, berpakaian compang-camping, berambut kusut, mengangkat tangan ke atas langit tinggi-tinggi dan berdoa , “Ya Robbi, ya Robbi.” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan darah dagingnya tumbuh dari yang haram. Maka bagaimana terkabul doanya? (Lihat <i>Shahih Muslim</i> dalam <i>Kitab Zakat</i>)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Referensi :<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Abidin, Zainal. 2008. <i>Jihad Melawan Korupsi</i>. Jakarta :Pustaka Imam Abu Hanifah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bassam, Abdulloh bin Abdurrohman Ali. 2008. <i>Edisi Indonesia : Syarah Hadist Pilihan Bukhori-Muslim</i>. Jakarta : Darul Falah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hosen, M. Nadratuzzaman dan A.M. Hasan Ali. 2007. <i>Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah</i>. Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hosen, M. Nadratuzzaman dan A.M. Hasan Ali. 2007. <i>Tanya Jawab Ekonomi Syariah</i>. Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hosen, M. Nadratuzzaman dkk. 2008. <i>Materi Dakwah Ekonomi Syariah</i>. Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="color: #111111;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wahhab, Muhammad bin Abdul. 2004. <i>Edisi Indonesia : Kasyfu Syubhat Membongkar Akar Kesyirikan Dilengkapi Ushulus Sittah</i>. Yogyakarta : Media Hidayah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i><span style="color: #111111;">Kaidah Dasar Memahami Fikih Muamalah Maliyah</span></i><span style="color: #111111;">. Kholid Syamhudi. Sumber : www.konsultasisyariat.com<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: #111111;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> (disampaikan dalam Forum Group Discussion SAFF Juli 2010)</span></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4490594517836091658.post-34224640794312224312010-12-19T21:11:00.001+07:002011-03-15T22:14:56.684+07:00NILAI, NILAI, DAN NILAI: SEBUAH CURAHAN HATI<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tahun 2008, sekitar bulan September, saya diterima di sebuah perguruan tinggi kedinasan yang begitu wah di mata orang. STAN, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, kawah candradimuka calon punggawa keuangan negara. Berbeda dengan kebanyakan teman yang umumnya langsung berbahagia ketika diterima di STAN, saya justru agak berat untuk memasukinya. Ya, memang saya terpaksa ikut tes USM dua kali demi Ibu, wanita yang tak kuasa saya tolak pintanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Waktu terus berlanjut dan saya berusaha enjoy dengan takdir yang memang harus dijalani. Meski ada keterpaksaan, saya selalu <i>cumlaude</i>. Sebuah kebanggaan tersendiri memang. Hanya seiring berjalannya waktu ada ada ganjalan yang memang aneh. Saya merasakan ini ketika di tahun kedua studi saya di STAN. Mungkin Anda juga merasakan hal yang sama. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menjadi pengejar nilai, itu yang saya rasakan. Ketika orang menyebut belajar adalah proses, saya tidak bisa merasakan sebuah proses dalam studi saya di sini. Bagaimana tidak, menjelang ujian (UAS dan UTS) kisi-kisi merajalela. Para mahasiswa pun berusaha mencari “resep sakti” itu sebelum bertempur esok harinya. Dengan kecerdasan yang memang di atas rata-rata, mereka dapat menghafalkan materi yang diujikan dalam waktu tak begitu lama. Ada yang mengistilahkan SKS (Sistem Kebut Semalam), bahkan ada yang lebih parah SKSS (Sistem Kebut Setelah Subuh). Hanya mereka yang luar biasa yang tetap meyakini bahwa proseslah yang harus mereka kejar. Mereka yang belajar dengan proses. Bukan seperti saya dan (mungkin) kebanyakan mahasiswa STAN yang belajar dengan metode H-1.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebuah ironi memang. Proses yang harusnya terbentuk dalam delapan pekan untuk setiap ujian dipangkas menjadi satu malam. Belum lagi sikap dosen yang kadang aneh bila tak mau dikatakan tak pantas. Mulai dari yang hobi pukul rata, tidak adanya standar yang jelas anta dosen terutama untuk spesialisasi dengan jumlah kelas banyak, hobi contreng yang tidak sesuai dengan sesi yang seharusnya, sampai “pemberian soal ujian” sebelum ujian dengan kedok kuis . Wajar memang. Dosen kami adalah praktisi. Pegawai lapangan yang juga memiliki amanah lain di luar sana. Hanya, saya merasa aneh dan terdzolimi. Belajar yang seharusnya berorientasi proses menjadi berorientasi hasil. Mengejar nilai agar tak ter-<i>drop out</i>. Meraih <i>cumlaude</i>. Menjadi raja di kelasnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terkadang saya merasa iri dengan teman-teman saya di luar sana yang terlihat luar biasa. Terkadang saya juga merindukan saat-saat ketika saya sibuk dengan laporan-laporan dan tugas-tugas presentasi seperti dulu. Seperti ketika saya “dipaksa untuk belajar”. Namun, ini yang terjadi di STAN. Terjadi terhadap (mungkin) mayoritas mahasiswa STAN seperti saya. Tak dapat dipungkiri, proses belajar memang direpresentasikan oleh hasil/nilai. Hanya terkadang ada jalan pintas yang merusak proses itu sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Entah lah. Itu baru lingkup kecil. Di sebuah kampus plat merah. Jika kita mau melihat lebih jauh, ada kesan bahwa negeri ini memang berorientasi hasil. Anda tentu melihat bagaimana para pemimpin yang harus kita taati begitu membanggakan pertumbuhan ekonomi negeri ini. Bahkan menjadi indikator makro yang digunakan untuk menyusun APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Padahal pertumbuhan itu sama sekali tidak mencerminkan unsur distribusi. Anda juga pasti melihat bagaimana <i>Gross National Product</i> (GNP) dan <i>Gross Domestic Product</i> (GDP) begitu dipamer-pamerkan. Belum juga sistem <i>budjeting</i> negeri ini yang harus terserap entah bagaimana caranya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tulisan ini hanyalah sekedar curahan hati seorang mahasiswa bodoh yang harus dipaksa belajar dan (mungkin) berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. Sebenarnya saya menikmati ilmu-ilmu yang disampaikan para dosen saya. Mereka adalah seorang expert di bidangnya masing-masing. Saya hanya berharap beliau-beliau mau dan mampu meluangkan waktunya seperti jadwal yang telah disepakati sebelumnya.Taruhlah harus memenuhi amanah di tempat lain yang waktunya bersamaan, saya berharap beliau-beliau mendatangkan semacam asisten atau dosen pengganti yang tentu saja juga menguasai materi yang harus disampaikan. Bila memang tidak bisa, saya berharap tidak dirapel dalam satu hari. Tidak akan efektif menyampaikan materi jika kejenuhan telah menyerang. Satu lagi, saya berharap dosen yang mengajar sayalah yang memberikan. Saya memang selalu diuji oleh dosen yang mengajar saya secara langsung. Namun, saya merasakan ketidakpuasan pada rekan-rekan saya. Ada yang sekelas diajar oleh dosen-dosen killer, ada pula dosen-dosen bonus, yang beliau-beliau semua adalah pribadi yang sangat saya hormati.<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Harapan ini ditulis sebagaimana hati sangat ingin menjadikannya wujud. Bahkan, jikalau saya tidak bisa merasakan harapan saya ini, saya ingin mewujudkannya untuk adik-adik saya. Wanna be BPPK’ers!!!</span><o:p></o:p></i></div>Berbagi Ilmuhttp://www.blogger.com/profile/12699853950799875395noreply@blogger.com0