Fajar
belum pula muncul.
Kau dan aku tegak berdiri di tempat kokoh, setidaknya untuk menahan berat badan kita.
Kau berikan aku jaketmu saat dingin pagi masih membuat berat mataku tuk melihatmu.
Kau bisikkan harap saat kukenakan jaket itu.
Lalu di belakangku muncul orang-orang yang berjaket sama.
Katamu mereka sama.
***
Surya membuat bayangan sepenggalah.
Aku dan mereka berjalan,
menjaga ingatan apa yang kau bisikkan tadi.
Mazhab halal kujadikan tanah tuk menanam ingatan itu di hati dan otakku.
Kuyakin begitu pula dengan mereka.
***
Siang
surya tepat di atas kepala.
Mulai malas aku.
Mulai kutuduh kau mengada-ada.
Lalu salah satu dari mereka menghardikku.
Bahkan rasanya menohok.
Lalu menyayat.
Hanya sakitnya membuatku ingat dalamnya harap yang tadi pagi kausemai di hati dan otakku lewat bisikmu.
***
Bangkit lagi.
Hari yang hampir senja membuat gairah kembali.
Bahkan terasa terlalu cepat.
Bahkan mereka yang berjaket sama bertambah.
Bertambah pula harapan harap.
***
Maghrib tiba.
Kupikir aku dan mereka luar biasa.
Aku dan sebagian mereka melepas jaket karna panas dan dingin tak lagi terasa.
Malamnya.
Aku dan sebagian orang yang melepas jaket tadi sepakat
wariskan jaket,
pun semai harap seperti yang kau lakukan tadi.
Harap yang idealis tapi realistis.
Harap bermahzab halal
yang tertanam di tempat kau dan aku berdiri,
tempat aku dan mereka berjalan,
bahkan sampai sejauh yang bisa mereka tempuh.
belum pula muncul.
Kau dan aku tegak berdiri di tempat kokoh, setidaknya untuk menahan berat badan kita.
Kau berikan aku jaketmu saat dingin pagi masih membuat berat mataku tuk melihatmu.
Kau bisikkan harap saat kukenakan jaket itu.
Lalu di belakangku muncul orang-orang yang berjaket sama.
Katamu mereka sama.
***
Surya membuat bayangan sepenggalah.
Aku dan mereka berjalan,
menjaga ingatan apa yang kau bisikkan tadi.
Mazhab halal kujadikan tanah tuk menanam ingatan itu di hati dan otakku.
Kuyakin begitu pula dengan mereka.
***
Siang
surya tepat di atas kepala.
Mulai malas aku.
Mulai kutuduh kau mengada-ada.
Lalu salah satu dari mereka menghardikku.
Bahkan rasanya menohok.
Lalu menyayat.
Hanya sakitnya membuatku ingat dalamnya harap yang tadi pagi kausemai di hati dan otakku lewat bisikmu.
***
Bangkit lagi.
Hari yang hampir senja membuat gairah kembali.
Bahkan terasa terlalu cepat.
Bahkan mereka yang berjaket sama bertambah.
Bertambah pula harapan harap.
***
Maghrib tiba.
Kupikir aku dan mereka luar biasa.
Aku dan sebagian mereka melepas jaket karna panas dan dingin tak lagi terasa.
Malamnya.
Aku dan sebagian orang yang melepas jaket tadi sepakat
wariskan jaket,
pun semai harap seperti yang kau lakukan tadi.
Harap yang idealis tapi realistis.
Harap bermahzab halal
yang tertanam di tempat kau dan aku berdiri,
tempat aku dan mereka berjalan,
bahkan sampai sejauh yang bisa mereka tempuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar