Tampilkan postingan dengan label psikologi motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikologi motivasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Juni 2011

PELAJARAN DARI SEBUAH JAM

Seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, sanggupkah kamu berdetak 31.104.000 kali selama setahun?” “Ha?! Sebanyak itukah?!” kata jam terperanjat, “Aku tidak akan sanggup!

Ya sudah, bagaimana kalau 86.400 kali saja dalam sehari?

Delapan puluh ribu empat ratus kali?! Dengan jarum yang ramping seperti ini?! Tidak, sepertinya aku tidak sanggup,” jawab jam penuh keraguan.

Baik, bagaimana jika 3.600 kali dalam satu jam?

Dalam satu jam berdetak 3.600 kali? Tampaknya masih terlalu banyak bagiku.” Jam bertambah ragu dengan kemampuannya.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kembali berkata, “Baiklah kalau begitu, sebagai penawaran terakhir, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?

Jika berdetak satu kali setiap detik, aku pasti sanggup!” Kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, yang juga setara dengan berdetak 86.400 kali dalam sehari, yang setara pula dengan berdetak 3.600 kali dalam satu jam.

http://www.pengusahamuslim.com/baca/artikel/1181/pelajaran-dari-sebuah-jam

YOU HAVE TWO CHOICE IN YOUR LIFE

Jerry is the manager of a restaurant. He is always in a good mood. When someone would ask him how he was doing, he would always reply, "If I were any better, I would be twins!"

Many of the waiters at his restaurant quit their jobs when he changed jobs, so they could follow him around from restaurant to restaurant. Why? Because Jerry was a natural motivator. If an employee was having a bad day, Jerry was always there, telling the employee how to look on the positive side of the situation.

Senin, 02 Mei 2011

LET'S KICK SADNESS OUT FROM OUR DICTIONARY

Baru saja bongkar-bongkar file di kompi, eh ketemu presentasi ini. Judulnya nggak ada, jadi saya beri judul sendiri. Untuk yang pernah membuatnya, semoga Alloh memberikan pahala yang melimpah atas manfaat dari presentasi Anda yang saya posting di blog ini.

KENAPA AKU DIUJI?

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Surah Al-Ankabut ayat 2-3)

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?

… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Surah Al-Baqarah ayat 216)

Jumat, 18 Maret 2011

DEAR....

Dear son , dear daughter...

The day when you will find that I became very old , try to have some patience to me and try to understand me.


If  I get dirty by eating…If  I have some difficulty dressing…be patient! Remember the hours that I spent to learn you any sorts of things when you were small. 


If  I repeat the same thing dozens of time, does not interrupt me! Listen to me! When you were small, you kept asking me to read you the same history,  evening after evening, until you fall asleep. And I made it!


If  I do not wash myself any more so often under the shower, do not reprimand and do not tell me that it is a shame. Remember how many excuses I had to invent to make you take a bath you were small. 


By seeing my ignorance towards the new technologies, do not laugh of me but leave me rather the time to understand.

Minggu, 19 Desember 2010

NILAI, NILAI, DAN NILAI: SEBUAH CURAHAN HATI

Tahun 2008, sekitar bulan September, saya diterima di sebuah perguruan tinggi kedinasan yang begitu wah di mata orang. STAN, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, kawah candradimuka calon punggawa keuangan negara. Berbeda dengan kebanyakan teman yang umumnya langsung berbahagia ketika diterima di STAN, saya justru agak berat untuk memasukinya. Ya, memang saya terpaksa ikut tes USM dua kali demi Ibu, wanita yang tak kuasa saya tolak pintanya.

Waktu terus berlanjut dan saya berusaha enjoy dengan takdir yang memang harus dijalani. Meski ada keterpaksaan, saya selalu cumlaude. Sebuah kebanggaan tersendiri memang. Hanya seiring berjalannya waktu ada ada ganjalan yang memang aneh. Saya merasakan ini ketika di tahun kedua studi saya di STAN. Mungkin Anda juga merasakan hal yang sama.

Menjadi pengejar nilai, itu yang saya rasakan. Ketika orang menyebut belajar adalah proses, saya tidak bisa merasakan sebuah proses dalam studi saya di sini. Bagaimana tidak, menjelang ujian (UAS dan UTS) kisi-kisi merajalela. Para mahasiswa pun berusaha mencari “resep sakti” itu sebelum bertempur esok harinya. Dengan kecerdasan yang memang di atas rata-rata, mereka dapat menghafalkan materi yang diujikan dalam waktu tak begitu lama. Ada yang mengistilahkan SKS (Sistem Kebut Semalam), bahkan ada yang lebih parah SKSS (Sistem Kebut Setelah Subuh). Hanya mereka yang luar biasa yang tetap meyakini bahwa proseslah yang harus mereka kejar. Mereka yang belajar dengan proses. Bukan seperti saya dan (mungkin) kebanyakan mahasiswa STAN yang belajar dengan metode H-1.

Sabtu, 18 Desember 2010

LIFE IS A STYLE?

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan shahabatnya. Amiin.
Saudaraku, Anda pernah mendengar motto: “Life is a style?” Atau mungkin Anda termasuk yang terinspirasi oleh motto ini? Kalau Anda adalah orang Jawa, saya yakin Anda diajari motto: "ajining rogo soko busono" (harga diri tercermin dari pakaian)." Saudaraku! Coba Anda bayangkan, apa perasaan Anda ketika sedang berpenampilan perlente, semerbak wangi, pakaian, sepatu, jam tangan, tas dan lain sebagainya serba bermerek, dengan harga selangit. Bahkan, tidak jarang dari saudara kita yang beranggapan bahwa agar penampilannya lebih sempurna, ia masih perlu untuk menyisipkan sebatang rokok putih di bibirnya. Kereen, waah, dan penuh percaya diri. Kira-kira begitulah perasaan yang bergemuruh dalam jiwa Anda kala itu. Bukankan demikian saudaraku?

CHEAT....NOTHING!!!!


Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya: Apa hukum berbuat curang (menyontek) ketika ujian? Saya lihat, banyak mahasiswa yang melakukan kecurangan lalu saya menasehati mereka, tapi mereka malah mengatakan “ini tidak apa-apa”.


Jawaban
Curang dalam ujian, ibadah, atau mu’amalah hukumnya haram, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
"Barangsiapa mencurangi kami maka bukan dari golongan kami"
(Hadits Riwayat Muslim, kitab Al-Iman no. 101)


Di samping itu, hal tersebut dapat menimbulkan banyak madharat baik di dunia maupun di akhirat. Maka seharusnya menghindari perbuatan tersebut dan saling mengingatkan untuk meninggalkannya.
[Al-Fatawa, Kitab Ad-Da’wah, hal. 157, Syaikh bin Baz]


http://www.study-islam.web.id/2010/12/no-more-cheating.html

Rabu, 15 September 2010

MEMAAFKAN DAN MANFAATNYA


Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa rasa benci, dendam dan permusuhan dapat memicu tekanan darah tinggi. Sebaliknya, memaafkan bisa meredakan stres dan menjaga jantung tetap sehat.

Stres akan muncul ketika batin seseorang terganjal oleh rasa kecewa atau tersakiti. Melupakan dan menganggap benar sebuah kesalahan yang menyebabkan rasa sakit tersebut tidak selalu bisa mengatasinya, kadang-kadang justru menambah beban di hati.

Dikutip dari Mayo Clinic, Jumat (10/9/2010), memaafkan adalah sebuah proses perdamaian dengan diri sendiri. Diawali dengan pengakuan akan adanya rasa sakit, seseorang yang memberi maaf justru akan merasa lebih rileks untuk menerima kondisinya.

TUJUH ISI OTAK WANITA

Selama ini mungkin beredar kabar bahwa sulit untuk menerka apa yang ada di dalam pikiran seorang perempuan. Karena itu tak ada salahnya untuk mengetahui tujuh hal mengenai otak perempuan.

Seperti diketahui bahwa otak antara perempuan dan laki-laki memang berbeda, termasuk dalam hal bagian mana yang lebih aktif sehingga mempengaruhi pola pikirnya. Seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (14/9/2010) ada tujuh hal yang bisa diketahui mengenai otak perempuan, yaitu:

1. Perempuan menyukai risiko di usia matangnya

Saat laki-laki mulai menunjukkan adanya peningkatan ketertarikan terhadap suatu hubungan di usia yang matang, maka perempuan mulai menyukai sesuatu yang memiliki risiko terutama jika ia mulai merasa kesepian. Selain itu perempuan di usia ini memiliki keinginan kuat untuk berbuat lebih banyak untuk dirinya.


2. Perempuan melalui dua kali 'masa remaja'

Perempuan mengalami dua kali perubahan fisik dan fluktuasi hormon yang membawa perubahan dalam hal suasana hati dan ketidaknyamanan secara fisik. 'Masa remaja' yang kedua kalinya terjadi saat seseorang akan memasuki masa menopause (perimenopause) yang mulai terjadi saat usia 43 tahun dan mencapai puncaknya saat usia 47-48 tahun. Umumnya masa perimenopause berlangsung selama 2-9 tahun dengan kondisi berkeringat di malam hari serta terjadi perubahan mood.

3. Otak perempuan dipengaruhi oleh kehamilan

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Neurology tahun 2002 diketahui bahwa otak perempyan akan menyusut 4 persen lebih kecil selama kehamilan hingga melahirkan. Namun kondisi ini akan kembali normal setelah 6 bulan kelahiran.

4. Otak perempuan mudah untuk dimatikan

Bagi perempuan agar bisa mendapatkan suasana hati (mood) yang baik terutama agar dapat orgasme, maka daerah-daerah tertentu di otak harus dimatikan. Sementara untuk beberapa hal lainnya daerah otak ini bisa diaktifkan kembali.

5. Otak perempuan berusaha menghindari agresif

Anne Campbell dari University Durham menuturkan perempuan cenderung menghindari agresi fisik, karena memiliki pemikiran jangka panjang. Namun bukan berarti perempuan tidak memiliki sifat agresif, karena perempuan bisa agresif dalam cara yang berbeda dan cenderung lebih konfrontasi.

6. Otak perempuan bisa menjadi intuisi yang baik

Perempuan terkadang memiliki julukan sebagai pembaca pikiran atau cenayang, hal ini karena intuisi perempuan cenderung lebih biologis. Selain itu perempuan juga lebih tepat mengidentifikasi suatu pesan yang tak terucap, tapi hanya melalui ekspresi wajah, postur tubuh dan juga intonasi nada.

7. Otak perempuan dipengaruhi oleh siklus menstruasinya

Perubahan hormon yang terjadi akibat siklus menstruasinya juga mempengaruhi otak dan tubuhnya, pemikiran, energi serta kepekaannya. Bagi kebanyakan perempuan, suasana hatinya akan mencapai titik terburuk saat 12-24 jam sebelum menstruasi.

Sumber: http://health.detik.com/read/2010/09/14/090042/1440007/766/7-isi-otak-perempuan

Senin, 02 Agustus 2010

PENYESALAN SEORANG ISTRI


Ada kisah yang menarik yang masuk inbox FB saya. Cekidot...

Suamiku kini tlah tiada dan penyesalanku yg terus ada
Ini adalah kisah nyata di kehidupanku
Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada
Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku
Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku

Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.

Senin, 03 Mei 2010

WANITA IDAMAN

Seperti apakah wanita idaman Anda? Kalo saya yang...


Memiliki Agama yang Bagus

Ini kriteria utama bung. Bayangkan saja, apa jadinya anak kita kalo ntar punya ibu yang tak tau agama (naudzubillah)?! Padahal, pendidikan pertama yang dijalani seorang anak adalah pendidikan di rumah. Yang tentu saja guru utamanya adalah sang ibu. Umar bin Khattab pernah berkata, "Kejahatan pertama yang dilakukan seorang ayah terhadap anaknya adalah memilihkan untuknya ibu yang tidak sholihah."

Wanita idaman ya wajib beraqidah yang bener. Kenapa? Ya iyalah, aqidah itu pondasi utama. Kalo pondasinya lemah bakal hancur deh tu bangunan. Wanita idaman pasti gak suka baca ramalan-ramalan yang geje.

Dia paham tentang hukum-hukum Islam yang berkenaan dengan dirinya dan juga untuk mengurus keluarga nantinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan seorang pria untuk memilih perempuan yang baik agamanya. Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi.” (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446, dari Abu Hurairah).

Sekedar mengingatkan aja, lafal hadist di sini dhomirnya ha (nya) refers to wanita. Jadi bukan agama ortunya, bukan harta ortunya dst...^_^

Sabtu, 24 April 2010

KISAH SEORANG WARTAWATI YANG MENYAMAR MENENAKAN CADAR

Sosok perempuan mengenakan baju abaya hitam lengkap dengan cadarnya menjadi pusat perhatian para pengunjung mall Itäkeskus di kota Helsinki, kota terbesar di negara Finlandia. Tak seorang pun tahu bahwa sosok dibalik niqab itu bukan seorang perempuan Muslim betulan tapi seorang wartawati, non-Muslim, dari surat kabar Helsingin Sanomat, salah satu surat kabar terbesar di kawasan Skandinavia.

Nama wartawati itu Katja Kuokkanen. Ia sengaja menyamar menjadi menjadi perempuan Muslim karena ingin merasakan sendiri bagaimana rasanya mengenakan busana muslim lengkap dengan cadarnya di tengah masyarakat Finlandia yang masih asing dengan agama Islam, bagaimana rasanya ditatap dengan pandangan aneh dan takut dari orang-orang disekitarnya. Kuokkanen menuliskan pengalaman dan perasaannya saat dan setelah mengenakan niqab. Inilah yang ditulisnya ...

Niqab dari bahan sifon berwarna hitam kadang melorot dan menutupi kedua mata saya. Suatu ketika saya tersandung dan membentur bahu seorang laki-laki di sebuah toko barang-barang etnik. Laki-laki itu membuat gerakan tangan meminta maaf, tapi dengan sikap tak acuh seperti yang biasa terjadi. Lalu lelaki itu menengok ke arah saya dan menyadari bahwa saya seorang perempuan yang mengenakan abaya dan cadar, pakaian khas perempuan Muslim. Tiba-tiba laki-laki itu dengan sedikit membungkuk mengulangi lagi permohonan maafnya. Saya mengira dia orang Arab dari dialegnya saat meminta maaf. Saat itu saya merasakah hal yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya karena diperlakukan dengan begitu hormat oleh orang lain.

Senin, 12 April 2010

TIGA PERTANYAAN

Aku ingin bertanya kepada engkau saudaraku,
hanya pertanyaan dengan jawaban Ya atau Tidak.
Yang aku berharap atasnya
mampu kita jawab dengan benar.
Benar yang sejati...yang ruju' pada Ilahi.

Pertama.
Apa yang didakwahkan para Rasul pertama kali?
Tegaknya khalifah a.k.a. kekuasaan
atau Tegaknya tauhid yang mana hanya menjadikan Alloh satu-satunya Ilah yang berhak tuk diibadahi?
Bukankah semua nash yang shahih sepakat,
tegaknya tauhid adalah dakwah yang pertama kali?

Minggu, 07 Februari 2010

SURAT BALASAN UNTUK IBU

Kepada yang tercinta 
Bundaku yang ku sayang 

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Sholawat serta salam, hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Nabi yang mulia., keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin……… 

Ibu…..Aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata…..tidak ada satu hurufpun yang aku terlewatkan. 

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak sholat isya’ dan baru selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan?!Sebenarnya surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkah di atas batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tidak tersudu oleh itik dan tidak tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan…….bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan kepadaku…. 

Sabtu, 06 Februari 2010

KUTITIPKAN SURAT INI UNTUKMU

Assalamu’alaikum,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.

Wahai anakku,Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.

Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku..
Dua puluh lima tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi. Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku. Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir. Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku..
Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu, itulah kebahagiaanku! Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang. Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku..

Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!! Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit. Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu. Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu? Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku..

Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya. Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya, hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya, hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim? !

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah. Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia, wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

Anakku,

Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku. Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal, “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku, Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,

Ibumu

Kamis, 01 Oktober 2009

AGUNGKAN ILMU DALAM HATIMU

Dunia, memang masih menjadi orientasi utama banyak orang. Tak heran, harta yang berlimpah, jabatan, popularitas, dan berbagai bentuk kesenangan lainnya menjadi buruan manusia siang malam. Padahal dunia adalah fatamorgana, kesenangan yang dirasakan akan menyisakan kehampaan, kepedihan, dan keletihan. Hanya ilmu agama yang bisa meredam ambisi manusia terhadap sifat serakah terhadap dunia.

Siapa yang tak mengharapkan anaknya menjadi seorang yang punya kedudukan? Sepertinya, hampir tak ada orangtua yang tak memiliki bayangan cita-cita setinggi langit untuk anak mereka. Biasanya, sejak si anak masih dalam buaian, mereka telah menyimpan berbagai keinginan dan harapan. Pokoknya, yang terbaiklah yang ada dalam angan-angan. “Semoga anakku menjadi ‘orang’, semoga memiliki masa depan yang lebih baik dari pada ibu bapaknya, semoga jadi orang yang paling ini, paling itu ….” dan sejuta lambungan ’semoga’ yang lainnya.

Tak berhenti sampai di situ, bahkan segala yang dapat mendukung tercapainya cita-cita itu pun turut disediakan sejak dini. Mulai dari tabungan biaya pendidikan, sampai prasarana yang diperkirakan menunjang pun disiapkan baik-baik. Berbagai pendidikan prasekolah pun diikuti agar melicinkan jalan si anak memperoleh cita-citanya atau justru cita-cita orangtuanya.

Namun di balik segala cita-cita, ada sebuah kemuliaan yang seringkali justru terluputkan, bahkan diremehkan oleh banyak orangtua. Padahal inilah kemuliaan hakiki yang akan didapatkan oleh si anak jika dia benar-benar meraihnya. Kemuliaan yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”(Al-Mujadilah: 21)