S: “Ananda, justru tanggungjawab ada di pundak Ananda sebagai juru dakwah. Saat kampanye, adalah saat Ananda pertama kali berjumpa dengan kaum muslimin dan mungkin tidak akan pernah lagi Ananda berjumpa dengan mereka. Mengapa Ananda tidak berusaha menyelamatkan mereka dengan hal-hal yang pokok? Padahal masalah sesungguhnya yang hakiki yang sedang menyelimuti mereka adalah sesuatu yang akan mejerumuskan mereka ke dalam neraka? Yaitu syirik dan penyimpangan ibadah. Adakah masalah yang lebih besar dari itu sehingga Ananda mengesampingkannya? Inilah yang saya maksud dengan realita yang kedua. Yaitu bahwa dakwah demokrasi akan menghambat penyampaian kebenaran dengan alasan untuk kerukunan umat (bukan persatuan umat lho!).”
K: “Pak Sholeh, apa yang akan Bapak nasehatkan untuk diri saya?”
S: “Ananda, demokrasi adalah sesuatu yang dharuri. Begitu (bahkan) kata sebagian ulama yang membolehkan demokrasi. Namun herannya, ada diantara kaum muslimin yang bangga dengan julukan pejuang-pejuang demokrasi. Padahal, apabila kita melihat prinsip-prinsip demokrasi, maka semakin suatu negara menuju kepada kesempurnaan demokrasi, maka setiap orang akan semakin bebas untuk mengeluarkan ide dan pendapatnya.
Ananda, sekarang Ananda tinggal memilih salah satu dari dua jalan. Ada jalan
demokrasi dan ada jalan dakwah nubuwwah. Namun keduanya bagaikan keping mata uang yang saling berseberangan. Yang satu penuh toleransi dan ada padanya pengorbanan aqidah, yang satunya penuh ketegasan dan lebih dekat kepada terselamatkannya aqidah. Tentu pada kedua jalan itu ada kesempatan kita untuk beribadah dan berjuang secara maksimal. Pada keduanya juga ada manfaat bagi kaum muslimin, tergantung jenis manfaat apa yang akan diperjuangkan.
demokrasi dan ada jalan dakwah nubuwwah. Namun keduanya bagaikan keping mata uang yang saling berseberangan. Yang satu penuh toleransi dan ada padanya pengorbanan aqidah, yang satunya penuh ketegasan dan lebih dekat kepada terselamatkannya aqidah. Tentu pada kedua jalan itu ada kesempatan kita untuk beribadah dan berjuang secara maksimal. Pada keduanya juga ada manfaat bagi kaum muslimin, tergantung jenis manfaat apa yang akan diperjuangkan.
Gunakanlah bashiroh serta hikmah yang mendalam. Ananda bebas memilih salah
satu dari kedua jalan itu. Pilihlah jalan yang dapat menyelamatkan Ananda sendiri dan kaum muslimin dari adzab neraka, dan terus berjuang menjaga kemurnian/kesempurnaan agama Islam. Juga nasehat saya, takutlah untuk tidak melanggar/mengorbankan hukum-hukum Allah dalam memperjuangkan kebenaran tersebut.
Apapun yang menjadi keputusan Ananda, maka hal itu tidak boleh menyebabkan
perpecahan dengan orang yang berseberangan dengan Ananda. Apalagi tentunya
kalau Ananda memilih jalan demokrasi, Ananda tentu akan lebih bisa menghargai pendapat orang lain. Persatuan tetap merupakan perintah dari Allah. Berta'awuun untuk amar ma'ruf nahi mungkar bersama setiap orang Islam tetap merupakan perintah Allah.”
Tak terasa waktu sudah mendekati adzan maghrib. Kebetulan terlihat Pak Ahmad (ketua salah satu partai Islam) datang ke mesjid untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib. Mereka berdua segera menghampirinya. Pemuda Khoriul membuka percakapan:
K: “Assalamu'alaikum Pak Ahmad?”
Pak Ahmad (A): “Wa'alaikumussalam, eh Nak Khoirul dan Pak Sholeh. Apa kabar nih?”
K: “Alhamdulillah kami berdua baik-baik saja. Maaf kami sengaja menghampiri
Bapak untuk menyampaikan sesuatu.”
A: “Ah, kok terasa formal sekali. Apa yang akan Ananda sampaikan Nak Khoirul.
Jangan membuat Bapak kaget ya!”
K: “Tidak Pak. Kami cuma ingin menyampaikan bahwa dalam menghadapi Program kristenisasi ‘Program Jusuf 2004’, saya dan Pak Sholeh siap menyampaikan masalah ini di masjid-masjid, majelis ta'lim, pesantren-pesantren yang biasa kami dakwah di dalamnya.”
A: Masya Allah…Masya Allah… Bapak sangat bersyukur sekali Nak Khoirul. Ini
merupakan suatu nikmat yang paling berharga yang Bapak peroleh hari ini. Mudah-mudahan keinginan Ananda dan Pak Sholeh diridhoi Allah. Teman-teman di partai pasti akan sangat senang sekali mendengarnya. Oya, apakah ini berarti Nak Khoirul dan Pak Sholeh akan bergabung dengan partai kami, memakai baju kami?
Pemuda Khoirul tidak menjawab. Matanya beradu tatapan dengan Pak Sholeh. Saling memandang dan terdiam bisu. Dia tidak bisa menjawab. Teringat semua argumentasi Pak Sholeh tentang demokrasi.
Tentang bagaimana prinsip bebas berpendapat, menghargai pendapat, yang justru memberikan kesempatan kepada orang jahat untuk menghalangi kebenaran dengan mengatasnamakan HAM, tentang bagaimana setiap partai harus mendulang suara, padahal jumlah orang baik di akhir zaman itu hanya sedikit.
Teringat kembali betapa akan banyak pencampuran antara yang hak dan yang batil.
Teringat kembali akan sifat-sifat hizbullah, yang diantaranya adalah keras terhadap orang kafir dan berkasihsayang dengan sesama muslim. Teringat akan adanya kemustahilan dalam pencapaian kemenangan melalui kompromi/toleransi.
Teringat bagaimana kemenangan hakiki itu bisa dipetik hanya dengan jihad, bukan dengan kompromi atau toleransi.
Teringat akan kaum muslimin yang sedang berkubang dalam lumpur syirik dan penyimpangan ibadah.
Teringat bagaimana demokrasi akan menghambat penyampaian kebenaran dengan alasan kerukunan umat.
Teringat akan persatuan umat secara jasadi
warruhi.
warruhi.
Teringat akan wasiat Rasulullah kepada orang-orang yang hidup di
akhir zaman untuk menjauhi semua kelompok yang ada dan wasiat untuk ruju'
(kembali) kepada Kitabullah, Sunnah Rasul dan Ijma para shahabat. Teringat
akan makna ‘kembali’, yaitu dengan menyampaikan pendidikan kepada umat
(tarbiyyah) dan memurnikan agama Islam (tashfiyyah).
akhir zaman untuk menjauhi semua kelompok yang ada dan wasiat untuk ruju'
(kembali) kepada Kitabullah, Sunnah Rasul dan Ijma para shahabat. Teringat
akan makna ‘kembali’, yaitu dengan menyampaikan pendidikan kepada umat
(tarbiyyah) dan memurnikan agama Islam (tashfiyyah).
Adzan Maghrib nyaring berkumandang. Pemuda Khoirul belum juga memberikan
jawaban. Dirasakannya betul bagaimana reaksi Pak Ahmad kalau dia harus mengatakan ‘tidak!’. Tentu akan panjang sekali penjelasan yang harus disampaikan, akan sulit sekali dipahami, dikaji, dan diputuskan. Akan ada kembali sebuah diskusi yang panjang dan melelahkan, diskusi tentang sebuah dilema bagi umat Islam. Dilema yang seolah di dalamnya ada kebaikan namun ada juga keburukan yang ganas. Dilema yang menjadi perdebatan kaum muslimin di akhir zaman. Dilema yang terkadang menjadikan perdebatan menjurus kepada tidak saling menghargai pendapat. Dilema yang butuh kehati-hatian dan bashiroh mendalam dalam memahaminya. Dilema yang sangat melelahkan. Dilema Simalakama !
Dhahran-Saudi Arabia, Ahad 22 Sha'baan 1424 H.
jawaban. Dirasakannya betul bagaimana reaksi Pak Ahmad kalau dia harus mengatakan ‘tidak!’. Tentu akan panjang sekali penjelasan yang harus disampaikan, akan sulit sekali dipahami, dikaji, dan diputuskan. Akan ada kembali sebuah diskusi yang panjang dan melelahkan, diskusi tentang sebuah dilema bagi umat Islam. Dilema yang seolah di dalamnya ada kebaikan namun ada juga keburukan yang ganas. Dilema yang menjadi perdebatan kaum muslimin di akhir zaman. Dilema yang terkadang menjadikan perdebatan menjurus kepada tidak saling menghargai pendapat. Dilema yang butuh kehati-hatian dan bashiroh mendalam dalam memahaminya. Dilema yang sangat melelahkan. Dilema Simalakama !
Dhahran-Saudi Arabia, Ahad 22 Sha'baan 1424 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar