Rabu, 11 November 2009

DILEMA SIMALAKAMA (1)

Berikut ini adalah sebuah file lama yang saya dapatkan dari seorang teman -semoga Allah merahmatinya. Insya Allah masalah yang disajikan dalam dialog ini adalah masalah yang tidak asing lagi di negeri ini. Satu lagi, ada beberapa tambahan atau lebih tepatnya penyertaan dalil yang lebih jelas tentang masalah yang dibahas. Semoga Allah merahmati -memberikan petunjuk dan pemahaman- bagi antum.

Assalamu 'alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Meneruskan apa yang ana dapatkan dari seorang ikhwan, sebuah dialog yang disusun berdasarkan diskusi yang terjalin dengan aktivis-aktivis partai. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan kepada kita semua dengan maraknya partai-partai Islam saat ini. Bagi yang ingin mendapatkan file doc, silahkan menghubungi ana via japri.
Wassalamu 'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Dilema Simalakama

Oleh
Abu Lubna

Pemuda Khoirul (K): “Sungguh naif, ironis, mengherankan, sangat tidak masuk akal...!!!”

Pak Sholeh (S): “Lho..lho...lho..ada apa Nak Khoirul? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?”

K: “Itu lho Pak, sementara orang-orang kafir sedang sibuk mempersiapkan ‘Program Jusuf 2004’, yaitu sebuah program agar pada Pemilu nanti Presiden kita dijabat oleh orang Kristen, eh malah ada orang yang membid'ahkan partai politik, sungguh aneh!”

S: “Lho, tenang dulu Nak Khoirul, sabar. Ananda kan orang yang selalu berkata agar menghargai pendapat orang lain, kenapa sekarang Ananda tidak konsisten?”

K: “Astaghfirullah, Pak Sholeh benar. Saya cuma heran, kenapa mereka bisa berpendapat seperti itu, padahal sebagian dari mereka itu kan cendekiawan, intelektual, bahkan para ulama yang memperjuangkan Islam?”

S: “Tentunya mereka mempunyai alasan untuk berpendapat seperti itu. Dan seperti Nak Khoirul sering katakan, pendapat seseorang itu harus kita hargai. Betulkan? Baiklah, sekarang saya akan mencoba melihatnya dari sudut pandang yang lain. Saya lihat, sebenarnya dalam permasalahan yang sedang Ananda fikirkan itu ternyata ada 2 permasalahan berbeda.”

K: “Maksud Bapak?”

S: “Yang pertama adalah permasalahan ‘Program Jusuf 2004’, yang kedua adalah permasalahan pembid'ahan partai politik. Kedua permasalahan itu telah datang pada masa yang berbeda, dan kedua-duanya tidak saling berkaitan pada awalnya. Jadi tidak benar ketika ada ‘Program Jusuf 2004’, lalu ada orang-orang yang meng-counternya dengan mengatakan bahwa partai politik itu bid'ah. Janganlah dikesankan seperti itu, Ananda harus bijaksana dalam menyimpulkan suatu permasalahan.”

K: “Jadi, bagaimana Bapak melihat permasalahan ini?”

S: “Permasalahan pembid'ahan partai politik itu telah dibahas para ulama sejak zaman munculnya demokrasi, bahkan kalau diqiyaskan*, masalah itu telah dibahas dalam kitab-kitab ulama terdahulu. Para ulama tersebut tentunya mempunyai dalil, argumen yang berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi dan dengan beberapa catatan penting tentang demokrasi. Adapun permasalahan ‘Jusuf 2004’ adalah permasalahan baru, yang butuh untuk difikirkan dan dipecahkan bersama, termasuk oleh para ulama tersebut. Saya yakin, sangat tidak mungkin bagi para ulama yang memfatwakan bid'ahnya partai politik itu akan tinggal diam atau bahkan menganjurkan untuk golput, sementara kaum kafir sedang serius mengincar kursi presiden. Sekali lagi, Ananda harus sedikit bijaksana dalam berfikir, Ananda harus tabayyun dengan mereka.”

*Sumber Hukum dalam Islam : 1] Al Qur’an, 2] Hadist Rasulullah yang shohih dan hasan (hadist dhoif tidak sepatutnya dijadikan hujjah atas suatu hal, apalagi hadist maudhu’, 3] Ijma’ ulama’ yaitu ulama’ yang berjalan di atas jalan generasi terbaik Islam (shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in), 4] Qiyas (analogi).

Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya." (An-Nisaa': 59)

K: “Baiklah, sebagai seorang muslim, apa yang akan Bapak lakukan dalam menyikapi Program Jusuf 2004’ itu?”

S: “Sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena Allah tidak membebani hamba-Nya kecuali dengan apa yang kira-kira menjadi kewajibannya. Sebagai seorang ustadz, maka saya berkewajiban untuk mengumumkan program kristenisasi ini kepada kaum muslimin agar mereka tahu bahwa musuh sedang mengincar kita. Kita harus marah di mimbar-mimbar, masjid-masjid dan majelis ta'lim.”

K: “Lalu, apa tindakan konkretnya?”

S: “Nah, orang-orang kafir itu kan sasarannya adalah Pemilu, mereka pasti akan menyusup kepada partai-partai yang berkedok nasionalisme dan mengelabui kaum muslimin. Maka tidak ada cara lain kecuali kita serukan kepada kaum muslimin agar mencoblos partai-partai Islam yang berjuang untuk Islam dan membela kaum muslimin.”

K: “Kalau begitu, partai-partai manakah yang Bapak anjurkan untuk dicoblos?”

S: “Tidak mengapa partai apapun, asalkan partai Islam. Namun, sebaiknya kita memilih partai yang kita lihat mempunyai jalan yang lebih dekat kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.”

K: “Saya setuju sekali Pak, tidakkah sebaiknya kita bergabung dengan mereka?”

S: “Ya Ananda benar sekali, saya siap bergabung dengan mereka dalam segala bentuk amar ma'ruf nahi munkar bil hikmah. Sedangkan memberitahukan kaum muslimin tentang ‘Program Jusuf 2004’ ini adalah juga bagian dari amar ma'ruf nahi mungkar tadi. Sekali lagi insya Allah saya siap. Bukankah begitu yang Ananda maksud?”

K: “Maksud saya, kita bergabung dengan salah satu partai tersebut, memakai baju mereka dan berdakwah dengan cara mereka.”

S:” Oh begitu maksud Ananda. Baiklah, kalau begitu tolong Ananda amati pada partai manakah akan saya dapati sifat-sifat hizbullah* karena Allah hanya memerintahkan saya untuk bergabung dengan partai tersebut.

* Hizbullah di sini bukanlah nama sebuah partai di Lebanon, melainkan hizbullah yang berarti golongan Allah

K: “Setahu saya, semua partai Islam mengatakan bahwa mereka memperjuangkan Islam, tentunya mereka semuanya hizbullah.”

S: “Hizb-Allah itu cuma satu, karena dalam Al-Qur'an, Allah menggunakan kata "Hizb" (singular) yang artinya ‘sebuah partai/golongan’."

K: “Kalau begitu, tolong Bapak rincikan dulu sifat-sifat hizbullah itu, baru nanti akan saya cocokkan dengan partai-partai yang ada.”

S: “Baiklah, sebenarnya banyak sifat-sifatnya. Namun, saya akan sebutkan satu sifat saja, yaitu mereka senantiasa menjaga dan mengusahakan persatuan kaum muslimin, karena Allah telah memerintahkan kita untuk bersatu dan melarang bercerai berai.”

K: “Setahu saya, semua partai Islam juga menyerukan kepada persatuan umat.”

S: “Kalau memang mereka semua berkata begitu, lalu mengapa mereka tetap berusaha mengeksistensikan partainya masing-masing. Kadang-kadang kalau ada masalah, hanya nama partai yang diganti, tidak berusaha untuk mengajak semua partai Islam untuk melebur. Apakah menurut Ananda persatuan itu akan terwujud dengan satu partai atau banyak partai? Bahkan di Indonesia, satu partai saja bisa beranak jadi dua. Ananda harus selalu ingat, bahwa Persatuan Islam itu ibarat sebuah lingkaran besar. Biarkanlah lingkaran besar kaum muslimin itu tetap satu, jangan dibagi-bagi menjadi lingkaran-lingkaran kecil.”

K: “Kalau begitu, saya yakin pasti Partai Pak Ahmad itulah partai Hizbullah,
karena dalam kampanye mereka, mereka lebih sering menyerukan kepada persatuan kaum muslimin.”

S: “Saya ingin balik bertanya, apakah sewaktu mengatakan tentang persatuan itu dalam kampanye mereka, mereka memakai suatu atribut khusus?”

K: “Ya, tentu mereka memakai lambang, bendera dan seragam mereka.”

S:” Nah, hal itu sudah cukup kita katakan bahwa mereka telah membuat sebuah lingkaran kecil di dalam sebuah lingkaran besar. Karena lingkaran besar Islam tidak mempunyai lambang, bendera dan seragam. Bahkan, hal itu pun sudah cukup untuk membuat orang Islam yang lain merasa berbeda dengan umat Islam yang memakai atribut dan seragam tersebut.”

K: “Tapi Pak Ahmad sering mengatakan bahwa mereka tidak menuntut untuk dipilih, yang penting kita memilih salah satu partai Islam. Bukankah ini kalimat yang haq?”

S: “Seandainya mereka menyerukan agar Umat Islam memilih mereka, atau mengajak bergabung menjadi anggota partai mereka, maka inilah yang saya namakan membuat lingkaran kecil. Namun apabila mereka menyerukan untuk memilih partai apa saja asalkan partai Islam, maka perkataan ini adalah hipokrit, karena jelas-jelas setiap partai itu mempunyai target. Adapun target adalah harapan, harapan tentunya akan dibarengi dengan usaha untuk mencapainya, yaitu mengajak manusia. Lalu untuk apa ditentukan target?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar